MAUT MENJELANG SUBUH

Edisi: 52/03 / Tanggal : 1974-03-02 / Halaman : 11 / Rubrik : LAPSUS / Penulis :


DINIHARI menjelang subuh pertengahan Pebruari kemarin suasana
desa Lajut agak lain dari biasanya. Lajut terletak tujuh
kilometer dari Praya ibukota kabupaten Lombok Tengah dan Praya
berjarak 35 kilometer dari Mataram ibukota propinsi Nusa
Tenggara Barat. Sebagai muslim dan muslimah yang baik, penduduk
bersiap menunaikan ibadah sembahyang subuh. Sementara bunyi
bedug bertalu-talu, antara sisa-sisa kantuk yang masih berat
mereka terkesiap kaget. Terdengar suara aneh. Jelas bukan kokok
ayam jago yang beruntun. Dalam paduan suara tak teratur, puluhan
wanita meneriakkan hizih -- semacam mantra atau zikir khusus
mendekatkan diri kepada Tuhan yang biasa diucapkan oleh
pengikut-pengikut mistik Islam. Tapi di sela-sela alunan hizib,
juga ada jerit lolong wanita berikut tangis anak-anak. Apa yang
terjadi?

; Mulutnya disobek. Belasan lelaki bertelanjang dada melangkah
dengan ganas. Barisan wanita yang mengiringkan mereka dari
belakang tampaknya berusaha merangsang semangat lelaki-lelaki
ini, meskipun hizib itu sendiri sebenarnya sama sekali bukan
lagu peperangan dan kebencian. Dengan golok, parang, kelewang
dan keris, mereka maju menembus embun pagi, menebus dendam.
Pembantaianpun berlangsung dari rumah ke rumah. Amak Nadjib
jatuh sebagai korban pertama, disiksa oleh Amad Djumiri saudara
kandungnya sendiri.

; Berusaha melarikan diri ke masjid korban dihadang oleh komplotan
lain yang menyembelihnya di tempat suci itu. Djumiri belum puas.
Bertambah ganas ia menghampiri rumah kedua abang kandungnya:
haji Usman, penghulu desa dan Amaq Maswah. Serentetan saudara
kandung lagi yang menjadi mangsa pembantaian pagi buta itu
adalah Amaq Djohar, Amaq Muniah, Amaq Menok dan Amaq Siti. Yang
terakhir ini digorok lehernya, sementara mulutnya disobek hingga
telinga. Beberapa pukulan benda tajam membekas di kening. Haji
Ikhsan, bekas kepala desa Batu Nyala yang pikun, tertatih-tatih
melolos-kan diri. Tak berdaya, ia menjadi mangsa empuk.

; Paling mengerikan adalah Makrib anak haji Usman dan Kepala Kabin
Olahraga Wilayah II desa Kopang. Kedua lengannya dicincang dan
tengkuknya diparang hampir putus. Dada ditusuk kiri-kanannya,
sementara perut dan punggungnya membiru. Pangkal pahanya
disayat-sayat. Dinihari 12 Pebruari itu memang hari naas buat
mereka.

; Maut telah merenggut pada saat mereka mengambil air wudhu atau
berzikir di rumah, bahkan yang sedang sembahyang subuh di
masjid. Pembantu TEMPO mendapati masjid Lajut masih berlumur
darah,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…