BADUT ITU BERGELAR"SIR"

Edisi: 05/05 / Tanggal : 1975-04-05 / Halaman : 26 / Rubrik : TK / Penulis :


BERTOPI tinggi warna hitam dibuat dari sutera, berpakaian resmi,
dia masuk istana Buckingham dengan kursi roda. Ketika lagu God
Save the Queen menggema, dengan susah payah dicobanya untuk
berdiri. Sebuah tongkat membantu menopang tubuhnya yang kini 86
tahun. Tapi dia tetap duduk di kursi rodanya ketika ujung pedang
Ratu Elizabeth II menyentuh kedua bahunya. Cuma tubuhnya
dibungkukkannya dalam-dalam sementara lagu dalam film Limelight
dimainkan oleh band istana. Pagi itu, aktor besar yang rambutnya
telah memutih nama komplitnya jadi Sir Charles Chaplin.

; Di luar istana, sekumpulan wartawan, juru potret dan
penggemarnya berkumpul. "He, sungguh hebat, Charlie", seru
mereka. Yang lain berteriak: "Apakah kami harus memanggil Sir
Charles sekarang?" Chaplin cepat menjawab: "Ah panggil saya
Charlie saja. Seperti biasa". "Anda bicara apa saja dengan
Ratu?" tanya seorang wartawan. "Wah, lidah saya kelu waktu itu".
"Tapi apa kata Ratu?" "Dia mengatakan bahwa film-film saya cukup
baik. Dan Ratu berterima kasih untuk dedikasi..", Charlie
Chaplin tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Dia begitu terharu.
Begitu terkesan.

; Sebelum jembatan Westminster rampung, jalan Kennington hanya
jalan setapak saja. Setelah 1750, sebuah jalan baru dibuat untuk
menghubungkan Westminster dan Brighton. Setelah iu, berdirilah
rumah-rumah besar dengan balkon yang dibuat dari jeruji besi
untuk menampakkan diri kalau Raja George IV lewat dengan
keretanya menuju Brighton. Pertengahan abad 19, rumah-rumah
makin bertambah banyak. Rumah kuno bercampur- baur dengan yang
baru yang biasanya dihuni oleh para dokter dan pedagang yang
sukses. Di hari Minggu pagi, biasanya sepanjang jalan Kennington
berderet kereta-kereta indah yang membawa para penyanyi menuju
Norwood atau Merton. Menjelang petang mereka kembali lagi untuk
kemudian berhenti di depan restoran White Horse, Horns atau the
Tankard yang letaknya di jalan Kennington. Sebagai anak yang
umurnya baru 12 tahun, saya selalu mengawasi apa-apa yang ada di
dalam Tankard. Laki-laki perlente masuk ke dalam bar untuk
kemudian ketemu dengan penyanyi-penyanyi tadi. Alangkah
sukacitanya mereka, alangkah indahnya baju mereka.

; Ketika matahari hampir silam, satu-satu pengunjung Tankard
pulang ke rumah masing-masing. Sayapun, kembali ke Pownall
Terrace 3, kampung kecil di belakang Kennington. Lewat sebuah
tangga yang selalu menggerit kalau diinjak, sampaikah saya ke
tingkat teratas, di loteng. Di situlah kami tinggal, di loteng
di mana udara tidak begitu segar dan baju-baju tua bergantungan
di mana-mana. Biasnya di hari Minggu itu, ibu duduk di depan
jendela dan memalingkan kepalanya keluar. Kalau saya masuk,
biasanya dia menoleh untuk kemudian tersenyum. Isi kamar itu
sendiri tidak bisa dibanggakan. Sebuah meja di pojok selalu
penuh dengan piring dan cangkir bekas dipakai. Di sudut lain ada
tempat tidur besi yang oleh ibu dicat putih. Di sebelahnya ada
tungku perapian. Di kaki tempat tidur, ada kursi panjang di mana
kakakku Sydney brasanya tidur. Biasanya di hari Minggu kamar
jadi tambah buram, karena ibu meliburkan diri untuk
membereskannya. Tapi di hari-hari biasa, ibu selalu merapikan
dan mengkilatkan apa yang masih bisa dicemerlangkan.

; Dan di petang hari Minggu itu, ibu tampak murung. Tiga hari
lamanya dia terus menerus duduk di depan jendela. Ibu yang
biasanya sibuk menjahit untuk mendapatkan upah, jadi menganggur.
Mesin jahit diminta oleh yang punya karena ibu tidak sanggup
mambayar cicikan. Sydney pergi berkayar dan sudah 2 bulan tidak
ada kabar. Aku pun tidak bisa memberi uang lagi karena…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
DICK, SI RAJA SERBA ADA
1984-01-21

Pengusaha, 50, perintis toko serba ada, gelael supermarket. juga pemilik restoran kentucky, dan es krim…

P
PENGAWAL DEMONSTRAN DI MASA TRITURA
1984-01-14

Letjen (purn), 60. karier dan pengalamannya, mengawal para demonstran kappi/kami pada saat terjadi aksi tritura…

A
AHLI NUKLIR, DALAM WARNA HIJAU
1984-01-28

Achmad baiquni, dirjen batan, ahli fisika atom yang pertama di indonesia.