HAKIM SIBURIAN, SUATU HARI

Edisi: 06/05 / Tanggal : 1975-04-12 / Halaman : 36 / Rubrik : SD / Penulis :

RAMBUTNYA lurus dan disisir lurus pula dengan pula belahan di
kiri. Duduk di kursi Hakim , Siburian tidak lantas
bersandar--apalagi bertopang dagu. Dimulutnya selkalu ada
manisan semacam pastiles. Bicaranya pelan mengarah lemah lembut.
Dengan begitu dia boleh dikatakan terbilang Batak kalem. Maaf.
Tapi dia toh tidak lembek. Sedikitnya ini bisa diikuti dari
peradilan perkara Hariman Siregar: Selaku hakim ketua, Siburian
sempat sengit hingga mencetuskan hakim mengadili Hariman tanpa
hadirnya sebagai terdakwa (in absentia). Hal itu diutarakannya
lantaran sudah meluncur 10 kali peringatan kepada terdakwa -
begitu menurut catatan panitera. Sebaliknya persidangan itu toh
mau tak mau harus membuka peluang lunak juga. Maklumlah: yang
dihadapi adalah sejumlah anak muda yang sadar hukum, din
berhati-hati kalau haknya dipotong, (banyak orang diperlakukan
begitu, memang). Maka jadilah pengadilan itu sesuatu yang ramai
kadang-kadang menjengkelkan, kadang lucu, atau pula mengharukan.
Misalnya ada saksi yang dikabulkan kepingin menyigi kitab
al-Qur'an sebelum penyumpahan. Atau ada lagi saksi yang,
diperbolehkan membaca ayat Injil sebelum bersedia diperiksa.
Kenyataan begitu konon merupakan lagu yang aneh dari kalangan
persaksian. "Saya bisa saja tegas menolaknya", kata Siburian,
toh tidak dilakukannya. Cara ngotot-ngototan untuk urusan ini
dipandangnya sebagai tidak menguntungkan. "Malah bisa-bisa
memancing rasa tak senang dan curiga" tambahnya.
Timbang-menimbang inilah barangkali yang membuat Siburian sesaat
sebelum sidang mulai suka mengelus pipi sajenak. Ini tidak rutin
sebelumnya.

; Air mukanya tenang. Anak amtenar sebuah kantor telegram Inggeris
di Medan ini…

Keywords: -

---

Foto Terkait