MPOK SITI, MAU KEMANA ?

Edisi: 08/05 / Tanggal : 1975-04-26 / Halaman : 32 / Rubrik : SD / Penulis :


MATANYA yang bundar itu nyaris tak berkedip dan tangan mpok Siti
tergetar juga tatkala menerima sebuah amplop dari gubernur Ali
Sadikin di Balaikota. Isinya piagam penghargaan plus Rp 150 ribu
dari DKI. Ini dibagikan sekitar dua tahun silam kepada sejumlah
seniman ibukota, antaranya mendiang Fifi Young, aktor tua Bissu,
Menzano sampai Elly Kasim. Dan mpok Siti merupakan bintang
lenong yang separoh lebih dari usianya yang 50-an itu ada di
pentas lenong. Sebagai anak Betawi, mukimin Pejompongan tulen,
kejadian itu dirasanya paling mengharukan. Betapa tidak pada
masanya yang lazim dijuluki zaman kuda gigit besi, anak
perempuan nyaris bagai kuda dalam pingitan. Kalau toh keluar
rumah cuma bila menjelang lebaran. Itu pun paling banter ke
pasar Tanah Abang buat beli kerudung, baju dan kain. Musababnya
lebih terpulang pada rasa kepantasan: anak perempuan -- apalagi
Siti dari bilangan orang baik-baik, dipandang janggal
mundar-mandir sorangan bila minus urusan. Semasa perawannya,
jangankan kenal kuteks atau pun cat bibir, untuk menonton lenong
saja Siti belum pernah. Bahkan sampai beroleh anak 4 dari
suaminya yang pertama (seorang pemuda Kemayoran penjual bunga)
Siti belum pernah mengimpikan bakal kejeblos sama sekali ke
pentas teater rakyat Betawi yang tersohor itu. (Konon ibunya
pernah hampir bunuh diri mendengar Siti main lenong).

; Tapi cerita menjadi lain serentak Sang suami meninggaI. Mpok
Siti yang janda itu satu tempo bertamu ke rumah suaminya. Abang
misannya punya kawan. Saaman namanya, yang juga dikenal sebagai
alias Ceblek, karena dia pemain lenong. Si Ceblek ini tadinya
punya isteri pemain lenong juga dan baru saja menduda. Mata
beradu pandang, rupanya Saaman jatuh hati pada Siti. Singkat
cerita jodoh tak ke maml kata orang, Siti pun dilamar. Mulanya
pinangan itu ditampik. Bukan lantaran si Ceblek orang lenong.
Tapi, kata Siti "Anak aye udah ampat, apa abang mau?' Mirip
adegan lenong saja ketika Saaman menyahut "Malah baik 'kan, Ti.
Kalo kita udah pada Ia ada yang bakal menolong". Itu kejadian
tahun 40-an. Selain mengurus suami di rumah sebagai nyonya orang
lenong tentu tak ada salahnya Siti sekali-sekali menemani
suaminya ke tempat pertunjukan. Suaminya main drum, Siti cuma
duduk-duduk menonton. Tapi ini malah jadi serba-salah. Sebab
bekas isteri suaminya ternyata usil. "Itu orang ngapain sih?
Duduk-duduk aja, main nggak bisa, nyanyi nggak bisa", sindirnya.
Tentu merah juga kuping Siti disikut macam…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
DIA DI BELAKANG PENONTON
1983-02-05

Walaupun bisa nonton gratis, penghasilan rata-rata kecil, juga terancam bahaya radiasi.

D
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12

Dengan adanya isu bahwa orang bertato akan diculik jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun, bahkan…

D
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12

Dengan adanya isu orang yang bertato akan dibunuh, jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun bahkan…