JAFAR DI SEKITAR FAJAR

Edisi: 20/05 / Tanggal : 1975-07-19 / Halaman : 17 / Rubrik : SD / Penulis :

DIA berpapasan dengan matahari pagi, bukan lewat lobang
kisi-kisi rumahnya yang berdinding gedeg itu melainkan di laut
lepas. Jafar memang orang laut. Perawakannya, dalam usia yang
sudah 40-an, kini tetap kekar. Berasal dari Bugis (yang tersohor
dengan kaum pelautnya), Jafar bergaul dengan laut bagai isteri
kedua saja. Namun bukan melulu sebagai nelayan. Sebab di
kalangan sejawatnya dia juga dikenal terbilang jago menyelam
untuk waktu yang lama, guna membuat bagan baru. Sehingga dia
menjadi langganan tetap dari para pendiri rumah kerangka laut
itu. Yang dikerjakannya adalah mengikat persilangan bambu yang
terendam di bawah muka laut, dan biasanya mencapai kedalaman 10
meter.

; Kerja semacam itu, bisa dimaklumi, mengandung risiko, bila
kurang lihai. Tapi Jafar mampu merampungkan tugas dengan baik
menjelang waktu Ashar, meski minus tabung-tabung hawa di
hidungnya. Percaya atau tidak, Jafar maupun nelayan
kawan-kawannya tidak sering disinggahi penyakit, seperti apa
yang kerap kali menjadi keluhan orang kota. Padahal mereka pun
enggan berurusan dengan obat-obatan atau Vitamin keluaran
pabrik. Paling banter, kalaupun akan dihitung, sekali tempo ada
juga kena pusing atau infeksi lantaran gigitan binatang laut
yang berbisa. Alhamdulillah ini konon berkat penangkal seadanya
(mungkin juga sejumlah mantera), penyakit itu tak sampai
berlarut-larut. Cuma sekali-sekali mereka beroleh tablet anti
puyeng dan penawar "muntabor" dari keluarganya yang berdiam di
kota.

; Rumahnya terbuat dari kayu, berupa rumah panggung setinggi 3
meter dari tanah. Ini guna menghindarkan luapan laut yang suka
naik ke sana. Kesibukan dimulai serentak bedug Lohor berbunyi.
Siti, isteri Jafar, mempersiapkan bekal buat suaminya kelak di
bagan. Ini bila acaranya untuk menangkap ikan. Menunya terdiri
dari nasi plus sayur dan ikan, tersusun…

Keywords: -

---

Foto Terkait