40 TAHUN MENJAGA KUBUR

Edisi: 49/05 / Tanggal : 1976-02-07 / Halaman : 44 / Rubrik : SD / Penulis :


PEREMPUAN itu bernama Baiya. Berperawakan bundar, dan suka
mengenakan pakaian rok berlengan 3/4 panjang. Di kepalanya
teronggok tudung yang lazim dipakai petani, lalu di tangannya
tergenggam sebuah tongkat panjang seperti yang sering nampak
dalam lukisan Yesus. Baiya, atau yang sehari-hari punya
panggilan akrab: bu Iyol, adalah seorang penjaga kuburan di
Kebun Nanas, daerah pemakaman di kiri kanan jalan masuk kompleks
wartawanCipinang Muara, Jakarta. Di antara sejumlah warga
Ibukota yang dikabarkan perlu bantuan lantaran jilatan air,
namanya memang tidak terdaftar. Biar begitu toh ada juga
kemurungan melandanya oleh musabab hujan ini. Cipinang Galur
wilayah Jakarta Timur, tempat tinggalnya, memang cuma becek.
Juga rumahnya yang nyaris darurat itu. Lubang dinding gedeknya
banyak yang membengkak. Lantai tanah dengan atap minus
langit-langit, kalaupun bocor masih bisa ditanggulangi oleh
anaknya, Mukrodi, yang bekerja sebalai Hansip di kampung itu.
Namun satu hal: gara-gara hujan, tak banyak peziarah datang ke
kuburan itu. Padahal dari kuburan tersebut bu Iyol amat
menggantungkan hidupnya. Sejak ia muda.

; Kini usianya diperkirakan sekitar 50-an. Status janda, dua kali
bersuami dan malang, keduanya telah lebih dulu berpulang ke
rakhmatullah. Bermula dari riwayat daerah pemakaman itu sendiri
yang persisnya bu Iyol tak tahu kapan. (Maklum, "saya buta
huruf, sih" katanya). Cuma ia ingat betul ada seorang Tionghoa
yang membeli tanah rakyat di kampungnya, sampai tanah itu dijual
lagi kepada Lie Sun Tjang. yang membuat tanah itu sebagai
tempat pekuburan. Itu mestinya hampir setengah abad lampau, bila
dicocokkan pada ingatannya yang mengatakan usianya ketika itu
sekitar 15 tahun. Waktu itu Iyol sudah bersuami. Tapi lantaran
penghasilan suaminya yang pertama itu (sebagai bujang kebun)
katanya selalu tekor, maka ia menerima tugas menjaga sebuah
kuburan -- dan itulah kuburan pertama yang muncul di sana.

; Begini ceritanya. Mulanya ia hanya nonton saja tatkala
berlangsung upacara penguburan itu. Suatu ketika keluarga yang
menghantar jenazah, dilihatnya bagai kehabisan tenaga waktu
masing-masing memberi penghormatan terakhir. Iyol lalu
menyodorkan hio dan merecah kertas yang biasa dipakai upacara
untuk kemudian dibakar. Setelah selesai, keluarga si mati bukan
saja memberinya hadiah uang serta penganan, tapi sekaligus
meminta kesediaannya agar selalu menjenguk kuburan tadi. Karuan
saja, bak pucuk dicinta, pekerjaan tiba, tawaran itu tentu tak
ditampiknya. Sejak itu, di samping Iyol, nyaris antri pula warga
Cipinang Galur yang tergiur menggantungkan asap dapur di daerah
kubur ini. Lama juga mereka bekerja tanpa beslit. Baru pada
tahun 1973 ada aturan daerah tentang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
DIA DI BELAKANG PENONTON
1983-02-05

Walaupun bisa nonton gratis, penghasilan rata-rata kecil, juga terancam bahaya radiasi.

D
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12

Dengan adanya isu bahwa orang bertato akan diculik jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun, bahkan…

D
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12

Dengan adanya isu orang yang bertato akan dibunuh, jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun bahkan…