Gajah Mada, 1976
Edisi: 10/06 / Tanggal : 1976-05-08 / Halaman : 36 / Rubrik : TER / Penulis :
KEHIDUPAN seni dalam kampus, memang layak dipertimbangkan. Juga bila kampus diharap tidak menjadi tempat yang tegang--atau sunyi, berhubung tak ada apa-apa. Sebab itu dicari cara yang kena di hati anak-anak muda. Sebutan "pop" misalnya, dipasang sebagai predikat peringatan Maulud Nabi di Gajah Mada akhir Maret yang lalu. Tentu saja menarik, apa lagi didatangkan para penyair dan pelukis dari Jakarta, Bandung dan Yogya. Maka 'Maulid Pop 76', akalnya mahasiswa Teknik Arsitektur UGM, yang pada akhirnya juga berarti pekan apresiasi seni dengan pameran lukisan, pembacaan puisi dan sarasehan, berjalan meriah plus gayang--dengan pengunjung mahasiswa yang padat. Dan setelah itu muncul pula Paskah 76 di tempat yang sama, meskipun kecil-kecilan.
Maka gedung Gelanggang Mahasiswa Bulaksumur yang baru beberapa lama berdiri itu bertambah pamor. Dan gairah ini dimanfaatkan pula oleh Teater Gajah Mada untuk berparade. Ini juga acara yang menyedot lumayan banyak peminat. Setelah berlalunya zaman tokoh-tokoh teater mahasiswa di Gajah Mada seperti Rendra, Umar Kayam atau Pong Walujo dulu, dari tahun ke tahun pertunjukan drama umumnya hanya menjadi acara selingan di antara pidato-pidato. Dan kesenian memang kelihatan…
Keywords: Teater Gajah Mada, Maulid Pop 76, Rendra, Umar Kayam, Pong Walujo, Ashadi Siregar, Arifin C. Noer, Sapardi Djoko Damono, Jayanto Supra, Putu Wijaya, Teater Gama, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Logika Kartun sebagai Jembatan Komunikasi
1994-04-16Mungkin teater kami merasa masalah dalam naskah jack hibberd ini asing bagi penonton indonesia, ditempuhlah…
Peluit dalam Gelap
1994-04-16Penulis ionesco meninggal dua pekan lalu. orang yang anti kesewenang-wenangan kekuasaan, semangat yang menjiwai drama-dramanya.
Sebuah Hamlet yang Sederhana
1994-02-05Untuk ketiga kalinya bengkel teater rendra menyuguhkan hamlet, yang menggelinding dengan para pemain yang pas-pasan,…