Non Blok Siapa ? Siapa Non Blok ?

Edisi: 26/06 / Tanggal : 1976-08-28 / Halaman : 05 / Rubrik : LN / Penulis :


THERE is no business like show business. Lagu Amerika itu terdengar juga Senin pagi pekan lalu di Kolombo. Ia menyelip di antara lagu-lagu selingan lain, beberapa saat sebelum upacara pembukaan dimulai. Saluran pendek TV yang disiapkan Yugoslavia di Gedung Bandaranaike Memorial itu rupanya ingin sedikit meredakan ketegangan. Beberapa menit lagi, para pemimpin 85 negara akan bermunculan di gedung itu, untuk Konperensi Non-Blok yang kelima

Jalanan basah. Hujan besar -- yang pertama kali di kota itu sejak empat bulan yang amat kering -- turun di sekitar fajar. Bendera-bendera yang terpajang di sepanjang tepi masih kuyup. Tapi kurang-lebih 6000 tentara dan polisi berjaga sampai ke gerbang gedung. Tindakan sekuriti memang ketat sekali. Para wartawan yang sudah diberi ijin juga digeledah sebelum masuk.

Beberapa hari sebelumnya tidak hanya wartawan yang terkena. Menurut berita yang tersiar dari Kairo, yang dikirim wartawan kantor berita Mena yang mengikuti Konperensi Non-Blok di Kolombo, ada 23 orang Lybia mencoba masuk ke Sri Langka tanpa visa. Mereka diketahui membawa senjata dan bahan peledak dalam kopor mereka ketika disorot Sinar X oleh para petugas pelabuhan udara. Dan mereka dikirim pulang. Sebuah sumber lain mengatakan bahwa jumlah orang Lybia yang disuruh balik adalah 50. Mereka merupakan rombongan pendahulu dari Kol. Muammar Ghadafy -- dan rupanya menganggap enteng ketentuan imigrasi Sri Langka, hingga mereka tak merasa perlu bawa paspor lengkap.

Dikirimnya mereka pulang tentu saja menyebabkan pemerintah Lybia marah. Setelah diterangkan bahwa orang Sri Langka sendiri pun digeledah keras di lapangan terbang di hari-hari menjelang Konperensi, maka pemerintah Lybia tenang kembali. Beberapa jam setelah upacara pembukaan -- nampaknya terlambat gara-gara soal tadi -- sang pemimpin Lybia jadi datang. Meskipun ada sedikit kerepotan lain -- Ghadafy menolak untuk memeriksa barisan kehormatan -- penyelenggara Konperensi pun terhiburlah -- termasuk kaum wanita yang bertugas di tempat sidang. "Bagi gadis-gadis dialah the glamour boy", kata seorang wanita yang bertugas di bar di ruangan jedah para delegasi, tentang Ghadafy yang baru berumur 36 dan tampan itu. Tapi tokoh yang selain berseragam sering juga memakai jubah putih salju dengan pici hitam di kepalanya itu ternyata menjauhi bar -- di mana para tamu agung tetap harus membayar bila mau minum.

Insiden lain terjadi dengan Korea Utara. Kata orang, Presiden Kim ll-sung sendiri akan datang memimpin delegasi besar Korea Utara yang buat pertama kali itu akan hadir sebagai anggota baru Non-Blok. Ini peristiwa penting, karena hubungan Korea Utara dengan Sri Langka belum pulih benar sejak 1971. Waktu itu hubungan diplomatik putus, karena kedutaan besar Korea Utara di Kolombo dituduh membantu pemberontak bersenjata mahasiswa Marxis. Hubungan kemudian membaik -- sampai dengan menjelang Konperensi Non-Blok itu. Sri Langka setuju menerima delegasi Korea Utara yang jumlahnya lebih dari 100 orang, dan datang dengan kapal khusus. Tapi beberapa hari setelah kedatangan mereka, para petugas Sri Langka menyuruh kapal Korea Utara yang berwarna putih dan penuh bendera itu menutup fasilitas radionya yang lengkap --karena diduga dengan itu para delegasi Korea Utara bisa memonitor pembicaraan orang lain. Para petugas Sri Langka juga melarang orang orang Korea itu membongkar muatan mereka di lapangan terbang: beberapa peti besar dari kayu.

Kim Il-sung ternyata tak jadi datang, mungkin karena soal itu. Yang muncul ialah Perdana Menteri Pak Chung-chul, dengan delegasinya yang selalu mengenakan lencana bergmbar Presiden mereka -- dan hampir bikin heboh. Dua orang di antara mereka hampir merebut naskah resolusi Korea Utara yang diperoleh seorang wartawan Jerman Barat, karena naskah itu belum disiarkan secara resmi. Sementara itu seorang wartawan Korea Selatan mengadu bahwa ia diancam jiwanya oleh tujuh anggota delegasi Korea Utara, ketika mereka berpapasan di ruang pers. Wakil pers Korea Utara membantah cerita itu sebagai "propaganda" -- dua hari sebelum terjadi insiden di desa Panmunjom, Korea, di mana dua perwira AS tewas dan lima tentara Korea Selatan luka-luka diserang 30 penjaga Korea Utara dengan kampak.

Menghadapi kerepotan macam itu, dan untuk membikin berarti sidang yang sebesar dan seramai itu, pengalaman Perdana Menteri Sri Langka Ny. Bandaranaike memang diperlukan. Selain Sri Langka pemah ikut aktif dalam persiapan Konperensi Asia-Afrika 1955, Ny. Bandaranaike sendiri termasuk tokoh yang hadir dalam Konperensi NonBlok pertama di Beograd, Yugoslavia, 15 tahun yang silam. Waktu itu ia belum menonjol benar: baru setahun jadi perdana menteri, yang dipilih sepuluh bulan sehabis suaminya, Solomon, ditembak mati oleh seorang pendeta Budha. Waktu itu Nehru dari India, Sukarno dari Indonesia, Nasser dari RPA dan Nkrumah dari Ghana masih berkuasa dan masih hidup. Sekarang nama-nama besar itu sudah masuk sejarah. Tinggal Tito dari Yugoslavia, yang kini berusia 84 tahun dan merupakan pendiri NonBlok yang belum juga…

Keywords: Konperensi Non-BlokMuammar GhadafyKim ll-sungPak Chung-chulSirimavo BandaranaikeFraserIndira GandhiWilliam GopollawaFordBrezhnevLee Kuan YewRajaratnamAdam MalikAnwar Sadat
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14

Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…

C
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14

Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…

M
Mandela dan Timnya
1994-05-14

Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…