Dari Kiri Baru S/d Landreform

Edisi: 28/06 / Tanggal : 1976-09-11 / Halaman : 31 / Rubrik : WAW / Penulis :

SEBAGAI Pangkowilhan I Jawa/ Nusa Tenggara, Letjen Widodo, 52 tahun, banyak membaca dan menulis kertas kerja tentang keamanan, terorisme, pembangunan dan masalah-masalah sosial politik. Sering ke luar masuk kampus, berdiskusi dengan para mahasiswa dan sarjana. "Mencari umpan balik", katanya pada TEMPO di kediaman resminya di kompleks Timoho, Yogyakarta. Untuk menjernihkan pengertian tentang ucapan-ucapan yang sering dilontarkan belakangan ini wartawan TEMPO G.Y. Adicondro mewawancarainya di Yogya.

TEMPO: Ketika menjadi Pangdam di Semarang, bapak mensinyalir bahaya New Left (Kiri Baru) di Indonesia. Dan dalam ceramah di depan mahasiswa Unpad, 3 Juli lalu masalah itu diulang kembali Sebenarnya apa yang dimaksud ?

WIDODO: Yang ada di Indonesia baru gejala New Left. Yakni cara merubah opini masyarakat dengan menggunakan 'teknik penyengatan'. Masyarakat disengat hati nuraninya sedikit demi sedikit, untuk akhirnya mau melancarkan aksi massa guna merubah keadaan. Ini dikerjakan oleh kelompok-kelompok kecil yang beroperasi di kalangan pemuda sejak tahun 1967 sampai meletusnya 'Malari' tahun 1974. Cara kerja mereka itu seperti kelompok-kelompok anti Perang Vietnam di Amerika. Sepuluh tahun lamanya mereka berkampanye sampai akhirnya Kongres menyetop bantuan militer ke Saigon. Makanya saya katakan di Bandung, bahwa Amerika sebenarnya tidak dikalahkan di Saigon, tapi di jalan-jalan raya Amerika sendiri oleh demonstran-demonstran yang disponsori oleh New Left.

T: Dubes kita di Den Haag, Sutopo Yuwono, membedakan Kiri Baru yang merusak, seperti…

Keywords: Wawancara, Letjen Widodo, New Left, Kiri Baru, Sutopo Yuwono, HNSI, Golkar, 

---

Foto Terkait