28 Tahun Yang Lalu: Merah Dan ...

Edisi: 30/06 / Tanggal : 1976-09-25 / Halaman : 10 / Rubrik : LAPSUS / Penulis :


O2:30 dinihari. Sementara para petani Rejoagung masih terlelap,
ada beberapa lelaki di rumah Sumarsono yang berdinding kayu.
Sumarsono adalah Letkol Lasykar Tentara Masyarakat, anggota
Pesindo dan wakil ketua Pimpinan Pusat Badan Kongres Pemuda
Republik Indonesia. Berpenerangan lampu minyak, mereka tampak
bersenjata dan sibuk. Kemudian: tar-tar-tar! Sabtu 18 September
1948 itu, dari desa kecil di tepi Madiun, mereka membuka hari
dengan letusan pestol 3 kali.

; Serentak dengan itu dalam waktu 4 jam Madiun mereka kuasai
dengan mudah, menduduki gedung-gedung penting dan menangkap
pejabat-pejabat sipil dan militer serta orang-orang Republikein.
Gerakan ini ternyata sudah di persiapkan seminggu sebelumnya.
Ribuan pemuda-pemudi Pesindo bersenjata menguasai desa-desa
kecil sekitar Madiun. Malamnya, jam 20:10 Radio Front Nasional
Gelora Pemuda (d/h RII Madiun) menyerang Pemerintah yang ketika
itu berpusat di Jogya, juga siaran dalam bahasa Belanda pada
jam 19:30.

; Radio itu selanjutnya mengumumkan pengangkatan Kolonel
Djokosujono, bekas ketua Biro Perjuangan Kementerian Pertahanan,
sebagai Gubernur Militer; Mayor Mustapa sebagai opsir keamanan
kota; Abdulmutalib residen; Supardi walikota. Siaran itu ditutup
dengan menghasut rakyat supaya melawan Sukarno Hatta dan
menfitnah pasukan Siliwangi sebagai 'tentara sewaan Belanda'.
Hari-hari berikutnya, 'Pemerintahan Republik Sovyet' yang baru
diproklamirkan itu menyiarkan perintah-perintah lewat radio.

; Desas-desus mulai tersebar: PKI-Muso memberontah. Harian
Merdeka, yang terbit di daerah pendudukan Belanda, Jakarta, 2
hari kemudian menurunkan headline: Coup d'etat FDR-PKI di
Madiun. Muso Pergunakan Tentara Untuk Gulingkan Pemerintah
Benar. Sementara di Madiun disiagakan 1 batalyon, kaum
pemberontak juga memasang 'pagar' di beberapa kota di
sekitarnya. Batalyon Mursid (Saradan), Batalyon Darmintoadji
(Ngawi), Batalyon Djokopriono (Ponorogo), Batalyon Abdulrachman
(Kediri), Batalyon Maladi Jusuf (Ponorogo dan Sumoroto),
semuanya dari brigade 29 pimpinan Letkol Mohamad Dachlan. Dan
koran Api Rakyat yang mereka 'sulap' menjadi harian Front
Nasional, pada edisi 20 September 1948 memuat Pengumuman front
Nasional tentang 'revolusi rakyat' di Madiun dan sehari kemudian
menyiarkan pengumuman Polit Biro PKI berjudul Lawanlah
Pengkhianatannja Pendjual Romusha: Sukarno/Hatta.

; Di Yogya, BP-KNIP dan Kabinet Hatta segera memberi mandat penuh
kepada Presiden Sukarno untuk bertindak. Panglima Besar Jenderal
Sudirman pun lalu mengingkat Kolonel Gatot Subroto sebagai
Gubemur Militer untuk Semarang, Surakarta, Madiun dan
Bojonegoro, menggantikan Gubernur Militer Wikana yang ikut
memberontak. Berkedudukan di Surakarta, Gatot ditugaskan
memimpin operasi tumpas. Karena disinyalir komunis akan bergerak
ke timur, Kolonel Sungkono pun diangkat sebagai Gubernur Militer
di Jatim.

; Minggu malam, 19 September, Presiden berseru lewat RRI Yogya:
"Ikut Muso dengan PKInya yang akan membawa bangkrutnya cita-cita
Indonesia Merdeka, atau ikut Sukarno-Hatta yang insyaallah
dengan bantuan Tuhan akan memimpin negara Republik Indonesia
yang merdeka, tidak dijajah oleh negara apapun juga. Rebut
kembali Madiun!

; Mari, jangan ragu-ragu! Insyaallah, kita pasti menang!" Esoknya,
Radio "Gelora Pemuda" menjawab. Muso kembali menyerang
Sukarno-Hatta, kemudian Djokosujono mencaci-maki tokoh-tokoh
militer seperti Nasution, Simatupane Djatikusumo, sedang Suripno
mencoba berdiplomasi, bahwa "gerakan ini hanyalah sekedar
koreksi."

; Beberapa hari sebelumnya, 7 September, Muso sudah berangkat
dari Yogya menuju Madiun, disertai tokoh-tokoh PKI: Amir
Sjarifudin, Setiadjit, Wikana, Maruto Darusman, Abdulmadjid,
Sardjono, Sudisman, Harjono dan Suripno. Alimin tidak ikut,
sebab sejak Muso tampil sebagai pimpinan, ia mulai 'tersisih'.
Di Madiun mereka menyelenggarakan rapat besar-besaran. Lalu
menuju Kediri, Jombang, Cepu, Bojonegoro. Sepanjang jalan mereka
'mempesiapkan' massa dan mengenali medan. Di Purwodadi, 17
September diselenggarakan rapat umum pula, kali ini lebih besar.
Tak ada merahputih di sana. Yang dikibar-kibarkan adalah bendera
merah bergambar palu arit. Sehari kemudian, 18 September jam
24:00 mereka sudah berkumpul di rumah Sumarsono, Rejoagung . . .

; Tepat seminggu setelah Muso dan kawan-kawan keliling Jawa-Timur,
Surakarta bergolak. PON I di Stadion Sriwedari kacau, pasukan
Siliwangi yang menjaga keamanan diserang Pesindo. Mereka juga
menyerang asrama Siliwangi di Srambatan sebelah selatan Stasion
Sala-Balapan. Pasar Malam Sriwedari di akhir bulan Puasa itu
terbakar. Dan sebelumnya, 5 Juli timbul pemogokan di pabrik
karung goni Delanggu. Tapi pasukan Merah pimpinan Letkol Sujoto
berhasil dihalau, sebagian lari ke utara arah Purwodadi, lainnya
ke Selatan, Sukoharjo dan Wonogiri.

; Di Madiun, tak seluruh rakyat jadi Merah. Kesatuan pelajar dan
mahasiswa seperti TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar), TGP
(Tentara Genis Pelajar) dan FP (Front Pelajar), tetap setia pada
Republik. Juga pelajar-pelajar sipil. Sutopo, juara lari 10.000
meter PON I, begitu kembali ke Madiun menggerakkan
kawan-kawannya tapi terbunuh. Tapi ketika 22 September jam 15.00
Pesindo menyerbu asrama TRIP dan Muljadi gugur, kaum merah harus
berhadapan dengan angkatan muda.

; Para pelajar berdemonstrasi setelah memakamkan Muljadi di Taman
Pahlawan. Mobil-mobil Pesindo diejek-ejek dan mereka lempari.
Dan 27 September, mereka berkumpul depan kantor Kabupaten.
Ketika 'Presiden' Abdulmutalib menjanjikan penghapusan uang
sekolah, mereka berteriak: "Muljadi minta ganti!". Lalu PAM
(Pelajar Anti Muso)…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…