Namanya Jimmy Carter ...; Jimmy Jadi Presiden

Edisi: 37/06 / Tanggal : 1976-11-13 / Halaman : 05 / Rubrik : LN / Penulis :


PADA suatu hari di tahun 1972, Jimmy Carter -- Gubernur Georgia yang namanya tak tercatat dalam ingatan banyak orang -- kembali ke kota kecilnya, Plains. Malam hari itu ia mengunjungi ibunya yang terbaring di ranjang, karena patah tangan.

"Jimmy", tanya sang ibu, "apa yang akan kau lakukan setelah kau tak lagi jadi gubernur?".

"Jadi Presiden", sahut Jimmy.

"Presiden apa?".

Ibunya tak percaya bahwa anak sulungnya berniat jadi kepala negara Amerika Serikat.

Tapi minggu lalu ternyata ialah yang terpilih. Dan Presiden Ford kalah dalam pertandingan untuk mendapatkan kepercayaan rakyat -- pertandingan yang anjang dan meletihkan itu. Tanda-tanda kemenangan Carter memang sudah nampak sejak pertengahan 1976. Tapi hari-hari terakhir terjadi perubahan perimbangan yang begitu rupa, hingga sulit membikin ramalan. Enam hari sebelum hari pemilihan 2 Nopember, bahkan para penghitung yang jitu sekali pun tak merasa pasti. George H. Gallup dan Louis Harris -- dua pemilik perusahaan terkenal dalam bidang pengumpulan pendapat umum masih melihat kemungkinan bahwa Ford bisa saja menang.

Tapi Ford kalah. Ini sesuai dengan ramalan yang terdahulu. Yang agak mengejutkan adalah bahwa ternyata jumlah rakyat yang menggunakan hak suaranya tidak sekecil perkiraan semula. Seorang ahli dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Prof. Walter Dean Burnham, akhir September yang lalu memperkirakan bahwa pemilihan 1976 akan menghasilkan suara tersedikit sejak 1828. Tak akan melebihi 50%. Tapi ternyata ramalan itu melesat. Sebanyak 53% rakyat, yang sudah cukup umur untuk memilih, menggunakan haknya. Tapi toh prosentase itu merupakan yang terbaik sejak 1960 (ketika Nixon dikalahkan Kennedy ), lebih kecil dibanding dengan pemilihan 1972 (ketika Nixon mengalahkan McGovern).

Nampaknya perbedaan antara Carter dengan Ford, bagi rakyat AS, tak begitu menyakinkan. Sementara sejumlah besar orang bingung dan enggan memilih. Carter hanya memperoleh sekitar 51% dari suara pemilih langsung sementara Ford 48%. Tapi vonnis itu jelas: Presiden Ford selama ini dianggap kurang berhasil.

Ia memang bukan Presiden terpilih dan akhirnya tak pernah dipilih. Presiden Nixon mengangkatnya sebagai Wakilnya, menggantikan Spiro Agnew yang telah mengundurkan diri. Dan ketika Nixon sendiri kemudian mengundurkan diri, Ford pegang kendali. Ternyata posisinya sebagai Presiden tak menolongnya dalam pemilihan ini. Ford menjadi salah satu dari sedikit kekecualian dalam sejarah AS: seorang presiden yang sedang pegang jabatan -- dan jadi pusat perhatian rakyat -- tapi kalah oleh seorang penantang baru. Hal ini baru terjadi dua kali sebelumnya di abad ke-20.

Pagi itu, jam 11, hari Rabu pekan lalu di Plains, Georgia, Jimmy Carter menerima telepon. Dari Ford. Tapi suara lawan politiknya ini parau. Nyaris tak terdengar. Ford nampak capai sekali setelah 20 bulan kampanye yang ternyata tak menghasilkan apa yang dicari. Di Gedung Putih, apa yang ingin disampaikannya kepada Carter sebuah telegram pernyataan menerima kekalahan -- ternyata dibacakan oleh isterinya. Betty, di hadapan para wartawan. Isinya lugas, sportif, dan bersahabat. "Jimmy yang baik", (ia tak memanggilnya 'tuan Carter"), "kini jelaslah bahwa anda yang menang dalam perjuangan kita yang panjang dan intens untuk jabatan kepresidenan . . . "

Dan Ny. Ford menangis. Lalu presiden yang kalah itupun bersalaman dengan para wartawan, menyatakan terimakasih atas persahabatan mereka juga kepada mereka yang suka mengritiknya. Ny. Ford menyebutkan rencana suaminya setelah ini: mundur dari politik. Ford akan jadi pengacara di Alexandria, Virginia.

Di kubu lain apa yang jadi rencana Carter tentulah lebih ingin didengar. Dan dalam hal yang satu ini -- membuat perhitungan ke masa depan -- Carter telah membuktikan dirinya.

Rencana pencalonannya diatur dengan rapi. Mulanya adalah tahun 1972. Waktu itu separuh dari masa jabatannya sebagai gubernur sudah dijalaninya. Ia tak bisa menjabat kedudukan itu buat kedua kali. Undang-undang negara bagian…

Keywords: Presiden Amerika SerikatJimmy CarterFordGeorge H. GallupLouis HarrisProf. Walter Dean BurnhamRichard NixonSpiro AgnewHughTeddy KennedyMcGovernHamilton JordanHyman Rickover
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14

Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…

C
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14

Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…

M
Mandela dan Timnya
1994-05-14

Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…