Tragedi Sampagul Di Kaki Katharina

Edisi: 38/06 / Tanggal : 1976-11-20 / Halaman : 36 / Rubrik : KRI / Penulis :


SATU setengah kilometer arah ke barat dari pinggiran kota
Kisaran (Kab. Asahan, Sumatera Utara) ada sebuah bukit. Di
pinggirnya mengalir Sungai Silau yang membelah kota Kisaran.
Romantis juga di sana sehingga tak heran di hari Minggu, bukit
yang bernama Katharina itu (karena tak jauh dari sana terletak
Rumah Sakit Katharina milik PT Uni Royal Kisaran) ramai
dikunjungi muda mudi untuk bersantai. Selain itu, bukit
Katharina ini punya fungsi lain lagi, yaitu tempat melepas
nazar. Konon di sana dulunya ada seorang keramat bernama Datuk
Ibrahim, yang pada akhir hayatnya menjelma menjadi buaya yang
keramat mendiami Sungai Silau, di sebelah bukit itu. Pada musim
Toto yang lalu bukit ini ramai tempat orang mencari nomor. Tak
jelas siapa yang membangunnya, di puncak bukit ada sebuah
kelenteng kecil yang senantiasa diasapi dengan gaharu oleh
orang-orang yang berlepas nazar (umumnya orang Tionghoa).

; Lebih setahun terakhir ini, di kaki bukit tersebut berdiri
sebuah restoran yang kemudian diberi merk SAMPAGUL milik BES, 43
tahun. Untuk membuat restorannya ramai disinggahi pengunjung,
pelayannya terdiri dari wanita-wanita cantik, yang kemudian
disinyalir berpraktek luar dalam. Karena itu restoran Samosir
berulangkali jadi sasaran team Gurdak kantor bupati Asahan (Team
Gurdak dibentuk dalam rangka merealisir tekad Bupati Asahan H.
Abdul Manan Simatupang untuk mengharamkan Asahan dari pelacur,
TEMPO, 14 Agustus 1976). Tapi berkat kelihaian BES yang dibantu
isterinya M, 30, tak sekalipun team Gurdak berhasil mengkaut WTS
dari sana.

; Di Bawah Bangku

; Dan praktek restoran itupun berlangsung terus, meski menurut
Camat Kisaran, Zulkarnaen BA kepada TEM PO restoran itu tidak
punya izin. Dan akhir akhir ini bukit Katharina dijuluki
anak-anak muda dengan "Bukit Samosir". Sering terdengar dialok
antara tukang beca dengan langganan yang kebetulan nampaknya
orang luar begini: "Mau santai, ke bukit Samosir saja, di sana
aman dari gerebekan".

; Inilah yang terjadi pada Jumat siang 22 Oktober 1976.
Serombongan petugas polisi dari Komdis 2061 Kisaran dipimpin
langsung oleh Komandan Distrik Kapten Katiran, Carnat Kisaran
Zulkarnaen BA, dr. Darmansyah dari RS Kisaran tak ketinggalan
Kepala Kampung Sei Renggas, berkumpul di restoran milik BES.

; Sekitar jam 11.00, atas petunjuk BES dan M, rombongan menuju ke
belakang restoran. Lebih kurang 30 meter di belakang restoran,
ditemukan bangku-bangku dari kayu yang nampaknya digunakan
sebagai tempat sang hostes berkencan dengan langganannya. M
berhenti. Kepada Kapten Katiran, berkata: "Di bawah bangku
inilah pak, dia saya kuburkan".

; Segera bangku-bangku itu dibongkar petugas dan kemudian tanah
digali. Kira-kira pada kedalaman hampir satu meter, ditemukanlah
sesosok mayat wanita yang membersitkan bau sengit. Mayat itu
dalam posisi telentang, masih memakai baju longdress warna merah
jambu berbunga, dibungkus dengan tikar. Wajahnya memang sulit
untuk dikenali karena sudah hancur. Tapi bahwa dia wanita, dapat
dikenali dari rambutnya yang panjang dan payudaranya yang besar.
Mayat itu ditaksir sudah dua bulan dikubur.

; Mayat yang sudah busuk ini kemudian dibawa ke Rumah Sakit Umum
Kisaran untuk diperiksa. Menurut dr. Darmansyah Harahap, Kepala
RSU Kisaran kepada TEMPO pada 22 Oktober, sulit untuk mengetahui…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

G
Genta Kematian di Siraituruk
1994-05-14

Bentrokan antara kelompok hkbp pimpinan s.a.e. nabanan dan p.w.t. simanjuntak berlanjut di porsea. seorang polisi…

S
Si Pendiam Itu Tewas di Hutan
1994-05-14

Kedua kuping dan mata polisi kehutanan itu dihilangkan. kulit kepalanya dikupas. berkaitan dengan pencurian kayu…

K
KEBRUTALAN DI TENGAH KITA ; Mengapa Amuk Ramai-Ramai
1994-04-16

Kebrutalan massa makin meningkat erat kaitannya dengan masalah sosial dewasa ini. diskusi apa penyebab dan…