Setelah Kejadian Rendra, Bagaimana ?

Edisi: 12/08 / Tanggal : 1978-05-20 / Halaman : 55 / Rubrik : TER / Penulis :


RENDRA ditahan, sehabis membacakan sajak-sajaknya di Pusat Kesenian Taman Ismail Marzuki. Kejadian dua pekan lalu itu membikin kaget sementara orang, tapi umumnya diterima dengan tenang. Tak ada gelombang ribut seperti yang terjadi dalam sandiwara Mastodon dan Burung Kondor, ketika penyair jagoan Jose Carosta ditangkap.

Mungkin karena penahanan sekarang ini sudah tak aneh lagi. Mungkin karena banyak yang menganggap, apa yang terjadi pada Rendra adalah risiko yang sudah harus diperhitungkan oleh Rendra sendiri, ketika ia tampil sebagai pengritik keadaan kini.

Namun yang jadi persoalan tentulah bukan risiko Rendra saja. Pihak keamanan, melalui ucapan Let. Kol. Anas Malik, menyesali Pusat Kesenian Taman Ismail Marzuki (TIM), yang diurus oleh Dewan Kesenian Jakarta. "TIM bukan Hyde Park," katanya, menyebut taman terbuka di London, Inggeris, yang tersohor sebagai tempat orang berpidato bebas itu. Yang terkesan dari ucapan itu ialah kehendak untuk memperketat kontrol atas hal-hal yang dimunculkan di TIM.

Sebelum kasus Rendra, Dewan Kesenian Jakarta sendiri pun sudah mulai repot dengan masalah kontrol. Di tahun 1975, Putu Wijaya mementaskan Lho. Lakon ini tanpa jalan cerita, tapi sangat memukau, dari suasana dan lukisan yang suram sampai dengan yang sehari-hari, dalam sketsa yang lucu -- antara lain tentang mandi di kolam dan buang air besar (tidak betul-betul). Pementasan di bulan Nopember itu dapat reaksi keras sebulan kemudian. Datangnya dari Gubernur Ali Sadikin. Teguran itu memang mengejutkan, sebab selama ini ia memberi keleluasaan kepada Dewan Kesenian untuk memilih acara, meskipun Pemerintah DKI memberi subsidi ke TIM.

"Selaku gubernur saya nyatakan bahwa yang begini ini salah," kata Bang Ali.

Dan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dengan cepat mencari jalan untuk setuju. Para seniman yang suka mengadakan pertunjukan di TIM diundang ke suatu pertemuan. Mereka diminta untuk "memahami" bahwa kebebasan yang selama ini tersedia --sejak TIM dibuka di tahun 1968 -- pada dasarnya gampang…

Keywords: DKJTIMRendraMastodonBurung KondorJose CarostaAnas MalikPutu WijayaAli SadikinFarida FaisolTrisno SumardjoZainiArief BudimanTaufiq Ismail Alexander SolzhenitsinIvan Denisovitch
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

L
Logika Kartun sebagai Jembatan Komunikasi
1994-04-16

Mungkin teater kami merasa masalah dalam naskah jack hibberd ini asing bagi penonton indonesia, ditempuhlah…

P
Peluit dalam Gelap
1994-04-16

Penulis ionesco meninggal dua pekan lalu. orang yang anti kesewenang-wenangan kekuasaan, semangat yang menjiwai drama-dramanya.

S
Sebuah Hamlet yang Sederhana
1994-02-05

Untuk ketiga kalinya bengkel teater rendra menyuguhkan hamlet, yang menggelinding dengan para pemain yang pas-pasan,…