Bukan Hanya Darah Ek Mong
Edisi: 18/08 / Tanggal : 1978-07-01 / Halaman : 51 / Rubrik : KRI / Penulis :
SAMPAI minggu lalu pasaran daging babi di Pasar Sambu atau Proyek C Pusat Pasar Medan masih sepi. Para peminat agaknya masih teringat peristiwa Tanjung Mulia, km 7,5 di jalan antara Medan-Belawan, 4 Juni lalu. Yakni pembunuhan atas diri Law Ek Mong.
Peristiwa pembunuhan Ek Mong alias Lukman (39 tahun), yang tubuhnya dicincang, direbus dan disuguhkan kepada ternak babi, memang tak mudah dilupakan. Orang menyebutnya sebagai pembunuhan sadis. "Merupakan pembunuhan paling biadab," kata Kolonel Pol. Darwo Soegondo dari kepolisian Medan (TEMPO, 24 Juni).
Untunglah, Kamis 15 Juni lalu, polisi dapat menemukan tersangka utama Su Bun alias Kliwon, 35 tahun, juga pedagang babi seperti Lukman. Sekarang ia sudah berada dalam kurungan polisi. Dari pemeriksaan sementara, polisi berkesimpulan: Su Bun berada dalam urutan pertama sebagai tersangka. Motif yang baru diketahui, cuma soal persaingan dalam perdagangan babi lokal.
Pertengkaran Ek Mong dengan si Kliwon memang sudah acap kali terjadi. Bahkan mereka juga pernah berkelahi. Dari mulut Su Bun pernah keluar ancaman kepada Lukman "Awas kau, nanti akan kubunuh." Dan ancaman itu, menurut sumber kepolisian, benar-benar menjadi kenyataan meskipun belum terbukti Su Bun adalah si pembunuh.
Sejak 3 Juni siang Ek Mong meninggalkan rumah isteri tuanya, Chan Mei Ing. Sang isteri mengira ia hanya pergi ke rumah bini mudanya, Chan Hun Ing, yang tak lain adik kandung si isteri tua.
Tapi hingga Minggu petang berikutnya, 4 Juni, Ek Mong tak pulang-pulang. Mei Ing sudah mencari ke sana ke mari, sementara Hun Ing tampak tenang-tenang saja. Sampai isteri tua ini minta petunjuk toapekong di kelenteng. Namun sampai 3 hari Ek Mong tetap tak ketahuan jejaknya.
Polisi, yang kemudian dilapori Mei Ing, cepat memperoleh petunjuk. Dari bekas-bekas darah pada dedak makanan babi di peternakan Ek Mong, bagi polisi cukup alasan untuk menangkap beberapa orang. Mereka adalah isteri muda Ek Mong, dua adik iparnya, A Tiong dan A Hoat dan beberapa orang lagi. A Tiong alias Chan Ching Tiong, adik kedua isteri Ek Mong, sejak pertama kali diduga punya motif terlibat dalam pembunuhan kakak iparnya. Ia sering bertengkar. Ia juga pernah menuduh Ek Mong ada main pula dengan A Jit, adiknya, yang juga adik isteri-isteri Ek Mong.
Dari A Tiong lah polisi menduga apa peranan Su Bun. Orang ini adalah yang pertama kali mengayunkan kayu ke kepala Ek Mong, begitu pengakuan A Tiong. Su Bun mengenakan topeng waktu itu. Baru, setelah korban tewas dan diseret ke semak-semak, giliran A Tiong mencincang jenazah cibunya dengan kapak.…
Keywords: Law Ek Mong, Lukman, Darwo Soegondo, Su Bun, Kliwon, Chan Mei Ing, Chan Hun Ing, A Tiong, Chan Ching Tiong, A Hoat, Sukiman, Ir Nurdin Koto, CA Tgs, Anton Suyata, Soekirman, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Genta Kematian di Siraituruk
1994-05-14Bentrokan antara kelompok hkbp pimpinan s.a.e. nabanan dan p.w.t. simanjuntak berlanjut di porsea. seorang polisi…
Si Pendiam Itu Tewas di Hutan
1994-05-14Kedua kuping dan mata polisi kehutanan itu dihilangkan. kulit kepalanya dikupas. berkaitan dengan pencurian kayu…
KEBRUTALAN DI TENGAH KITA ; Mengapa Amuk Ramai-Ramai
1994-04-16Kebrutalan massa makin meningkat erat kaitannya dengan masalah sosial dewasa ini. diskusi apa penyebab dan…