Suatu Pagi Di Peach Garden

Edisi: 36/08 / Tanggal : 1978-11-04 / Halaman : 46 / Rubrik : KRI / Penulis :

Retapa cintanya,

Betapa kasihnya kepada kami......

 

LAGU duka kelompok tunanetra Tongkat Putih pagi 2 September lalu, dipersembahkan khusus bagi almarhumah Christine Faridah Suwantika. Ia seorang ibu muda, 22 tahun, tengah dikerek turun ke liang lahat di pemakaman Jati Petamburan Jakarta, meninggalkan bayinya, Jacqueline, yang baru berumur 6-7 bulan.

Menjelang ajalnya, Christine memang ingin sekali memimpin Tongkat Putih. Tak kesampaian. Lagu yang dipersembahkan Harry Paath, Jimmy Siagian dkk itu ciptaan William Loh, suami mendiang, pemain organ terkenal di Singapura.

Jenazah Christine, yang meninggal 25 Agustus lalu di Singapura, telah diawetkan agar tidak rusak sampai sekitar dua tahunan. Arwahnya mungkin belum merasa tenang terbaring. Keluarga yang ditinggalkannya masih mengharapkan Christine sewaktu-waktu diangkat kembali dari sana. Untuk memperoleh pemeriksaan mayat lebih teliti. Sebab ayahnya, Tika Djuwena, masih penasaran akan sebab-musabab kematian anaknya. "Saya percaya polisi Indonesia maupun Singapura akan dapat menyelesaikan soal ini," kata Tika.

Dalam iklan dukacita, yang dimuat di harian ibukota dua bulan setelah kematian Christine, 10 Oktober lalu, jelas Tika Djuwena masih penasaran. Melalui iklan tersebut Tika minta bantuan handai-taulan, terutama "yang telah memperoleh cerita dan keluhan-keluhan dari almarhum sebelum meninggal," agar dapat menyampaikannya kepada pihak berwajib. "Laporan-laporan yang sangat berharga itu," katanya, "kami harapkan akan dapat membantu pihak yang berwajib untuk…

Keywords: Christine Faridah Suwantika, Pembunuhan, 

---

Foto Terkait