Suling Tua Di Tepi Bengawan

Edisi: 37/08 / Tanggal : 1978-11-11 / Halaman : 38 / Rubrik : TK / Penulis :


 

ADALAH seorang bernama Suharto Djoyosumpeno, doktorandus. Dia sekjen untuk Indonesia dari satu organisasi internasional yang menghimpun pemuda antar bangsa dalam hubungan dengan kegiatan industri dan kebudayaan. Nama organisasi itu OISCA, Organization for Industrial and Spirituil Cultural Advancement, berpusat di Tokyo. Tahun lalu Suharto konsultasi dengan para pengurus OISCA tingkat pusat.

Di antara berbagai masalah rutin organisasi yang dibicarakan, tiba-tiba ada yang menanyakan nama Gesang. Tokoh-tokoh OISCA Internasional, kata Suharto, sangat terkesan oleh lagu Bengawan Solo.

Dan memang, menurut Suharto, banyak orang di luar negeri mengenal lagu tersebut. Di Malaysia, Pilipina, Muangthai, Jepang dan mungkin di berbagai tempat lagi. Di rumah-rumah, di bandar-bandar udara sering terdengar. Hanya syairnya diganti dengan bahasa masing-masing. Mendengar nama Gesang disebut oleh sejumlah pengurus OISCA, Suharto mencoba mengusulkan agar organisasi itu memberikan penghargaan kepada yang bersangkutan. Diterima.

Penghargaan itu, Kamis 26 Oktober lalu, diterimakan langsung oleh Ketua OISCA Internasional Dr Yoshiko Nakano kepada Gesang dalam satu upacara di Pendopo Istana Mangkunegara Sala Upacaranya lumayan meriah. Lebih seratus orang perwakilan OISCA dari berbagai negara yang kebetulan punya acara pertemuan tahunan di Jakarta Oktober kemarin, menyaksikan upacara itu. Tidak kecuali Sri Paduka Mangkunegara ke-VIII sendiri beserta isteri, Gusti Puteri. Gesang, berjas hitam, peci hitam, sedikit malu-malu. Sesudah menerima piagam berikut uang sebesar Rp 100 rihu dari tangan Yoshiko Nakano, ia sempat menyanyikan sendiri lagu Bengawan Solo dan dua buah lagu lain ciptaannya.

Gesang telah menciptakan puluhan lagu. Semua berirama kroncong dan (atau) langgam Jawa. Bengawan Solo ciptaannya yang ke berapa. Gesang lupa. Ia hanya ingat ciptaannya yang pertama Si Piatu, 1938.

Cocok dengan warna kroncong, lagu-lagu Gesang rata-rata romantis. Obyeknya alam atau warna-warna kehidupan yang diamatinya cukup dalam. Bengawan Solo misalnya, yang diciptakannya tahun 1940, lahir karena pengenalannya yang intim akan sungai itu. Maklum ia lahir, dibesarkan, bahkan sampai sekarang tinggal di tepi sungai itu, Sala.

Menurut Gesang, di musim kemarau kali itu betul-betul nyaris kering. Sampai-sampai orang bisa menyeberang tanpa perahu. Sebaliknya, di musim hujan sering meluap luar biasa. Dan itu benar. Awal 1970-an…

Keywords: GesangSuharto DjoyosumpenoOISCASuhartoDr Yoshiko NakanoSri Paduka Mangkunegara ke-VIIILetjen WidodoKusnandarMartodiharjoWaljinahSuyatma
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
DICK, SI RAJA SERBA ADA
1984-01-21

Pengusaha, 50, perintis toko serba ada, gelael supermarket. juga pemilik restoran kentucky, dan es krim…

P
PENGAWAL DEMONSTRAN DI MASA TRITURA
1984-01-14

Letjen (purn), 60. karier dan pengalamannya, mengawal para demonstran kappi/kami pada saat terjadi aksi tritura…

A
AHLI NUKLIR, DALAM WARNA HIJAU
1984-01-28

Achmad baiquni, dirjen batan, ahli fisika atom yang pertama di indonesia.