Membasuh Paru-paru Ibukota
Edisi: 44/06 / Tanggal : 1977-01-01 / Halaman : 19 / Rubrik : KT / Penulis :
SIMPRUG digusur. Kuningan dibabat. Tapi jauh sebelumnya, Kebayoran dan juga Pasar Minggu. Dan banyak lagi. Kerimbunan pepohonan dan suasana hijau royo-royo pun lenyap. Atau katakanlah berkurang. Bersamanya lenyap pula rumah-rumah kampung dan desa. Lalu di sana muncul bangunan bangunan bertingkat satu sampai puluhan. Juga jalan-jalan dilebarkan. Tentu saja, beberapa batang pohon tak otomatis rebah dilanda bangunan dan jalan-jalan itu. Bahkan dengan sengaja dan diatur rapi, beberapa batang dipajang di tempat-tempat tertentu. Tapi sudah tentu bukan sebangsa rambutan, sawo, duku, salak, durian, sirsak, cempedak, kedondong, macam-macam jeruk dan jambu atau belimbing dan pepaya. Yakni jenisjenis yang kena gusur dan dibabat tadi".
Di masa-masa lampau, kabarnya, di kawasan Kramat Jati (Pasar Minggu masuk kawasan ini) dan Kebayoran saja, pernah tercatat 50.000 pohon nangka. Lalu jeruk dan jambu, masing-masing juga 50.000 batang. Tambah rambutan 60. 000 batang. Lalu pohon mangga dan sawo masing-masing 40.000 batang. Plus pepaya sekian ribu pohon. Setiap tahun dari kedua daerah itu saja, yang diangkut kereta api membanjiri pasarpasar Jakarta tercatat tak kurang sekitar 16 juta kg buah-buahan. Belum terhitung dari daerah-daerah lain sekitar Jakarta. Itu yang diangkut dengan kereta api saja. Tak tercatat, berapa jumlah yang memasuki pasar-pasar Jakarta memakai truk, gerobak, delman, sepeda dan pikulan. Pendeknya, menurut catatan sebelum perang yang dikutip Media Jaya - media resmi Pemda DKI sekitar 25 juta kg buah-buahan dilahap orang Jakarta saja setiap tahun.
Tak cuma penggusuran dan pembabatan agaknya yang menggasak kerimbunan pepohonan dan suasana kehijauan yang nyaman itu. Sebab masa-masa 'tak normal' pendudukan Jepang, perang Kemerdekaan dan pendudukan kembali Belanda, kabarnya punya andil pula membikin prihatin nasib pepohonan yang sangat bermanfaat buat perut dan paru-paru manusia itu. Sebab pada masa-masa itu segala sesuatu mudah dilakukan dengan dalih 'hukum darurat'.
2% Saja
Namun apa pun alasan penggusuran dan pembabatan pepohonan tersebut, mengakibatkan Jakarta kehilangan banyak sumber O2 alias oksigen. Menurut catatan Dinas Kehutanan DKI, dari kira-kira 59.200 Ha luas wilayah DKI Jakarta sekarang ini, yang masih merupakan kawasan hutan paling-paling 1.222 Ha saja alias 2%-nya. Yakni kawasan hutan Angke Kapuk (1.144,08 Ha), hutan lindung sepanjang pantai antara Kamal sampai Muara Angke (50 Ha). Lalu cagar alam Muara Angke 25 Ha dan bibit kehutanan kira-kira 3…
Keywords: Penghijauan, DKI Jakarta, Cuk Darsono, Syahdan, Ali Sadikin, Dinas Pertamanan, HA Djaelani, Abdurrachman Surjomihardjo, Syariful Alam, 
Artikel Majalah Text Lainnya
LEDAKAN DI MALAM NATAL
1985-01-05Bom meledak di dua tempat di gedung seminari alkitab asia tenggara dan di gereja katolik…
SENAYAN MENUNGGU PAK DAR
1984-02-11Keppres no.4/1984, seluruh kompleks gelora senayan (tanah yang diperuntukkan asian games ′62), dinyatakan sebagai tanah…
YANG TERTIB DAN YANG MENGANGGUR
1983-04-09Berdasarkan perda no.3/1972, gubernur soeprapto, akan melakukan penertiban terhadap bangunan liar dan becak-becak. bangunan sepanjang…