Silaban Sigideon: "bikin Kecil ..."

Edisi: 11/07 / Tanggal : 1977-05-14 / Halaman : 32 / Rubrik : TK / Penulis :


 

TAPANULI, 1927. Seorang pemuda, yada suatu hari membaca iklan tentang penerimaan siswa baru STM (d/h Koningin Wilhelmina School) di Batavia. Syaratnya: mengikuti testing berhitung dan menggambar. Lulus testing di kantor Residen Sibolga, ia berangkat ke Batavia mengikuti tes lisan, dengan bekal 100 goelden. Cukup banyak. "Dengan uang itu, kamu masih bisa pulang kalau tidak lulus", kata orang tuanya.

Sial. Di kapal, uang itu hilang. la menangis. Bagi pemuda yang baru berusia 15 tahun itu, Batavia terasa begitu jauh dari kampung dan amat asing. Sementara menyesali diri karena kurang berhati-hati, seorang orang Arab berjanggut datang menghampirinya. Di geladag kapal itu, diceritakannya nasib malang yang menimpanya. Terharu mendengar kisah sedih itu, tanpa komentar Arab berjanggut itu memasukkan sejumlah uang ke kantong si pemuda.

"Dua genggam penuh tanpa dihitung", kata Friedrich Silaban, 64 tahun, kepada Zulkifly Lubis dari TEMPO di kantornya, Proyek Pembangunan Masjid Istiqlal Jakarta. Wakil Kepala Proyek Pembangunan Masjid Istiqlal inilah yan tahun 1954 memenangkan sayembara disain masjid Istiqlal. Silaban melanjutkan ceritanya. Sampai di Batavia, uang dihitung: 75 goelden. Lumayan. "Tuhan kasih pengalaman pada saya supaya berhati-hati", ujarnya. Sejak itu, katanya, ia tak pernah lagi kehilangan, "walaupun saya berkali-kali ke luar negeri".

Silaban, juga dikenal sebagai arsitek yang amat dekat dengan almarhum Bung Karno. Di zaman Jepang, Silaban bekerja di Kotapraja Bogor. Ia sering berkunjung ke rumah sahabatnya, Ernest Dezentje. indo Belanda-Sunda, pelukis tenar saat itu. Bung Karno juga pengagum Dezentje. Maka di rumah pelukis itulah mereka bertemu. Seminggu 3 kali Jum'at, Sabtu dm Minggu Bung Karno selalu di Istana Bogor. Dan pada hari-hari itulah Bung Karno sering memanggilnya.

"Bukan Mercusuar"

"Kami selalu membicarakan hal-hal yang menyangkut bangunan", tutur Silaban. Bung Karno yang insinyur sipil itu, menurut Silaban, jiwa dan pandangannya lebih dekat pada soal-soal arsitektur. Ketika masih jadi mahasiswa, Bung Karno (bersama seorang gurubesarnya) berhasil membuat disain hotel Preanger, Bandung.

Begitu dekat Silaban dengan Bung Karno, hingga tak salah kalau peranan Silaban cukup besar dalam melahirkan proyek-proyek mercusuar. Namun ia tak menerima sebutan "mercusuar" itu. "Itu bukan mercusuar, tapi satu pandangan yang jauh ke depan", kilahnya. "Lihat itu gedung Bank Indonesia jalan Thamrin. Kalau dulu menuruti rencana saya, tak seperti itu jadinya. Sekarang kan terasa sempit dan harus pakai AC", katanya.

Dasar Yahudi . . .

Menurut Silaban - yang memenangkan sayembara perencanaan gedung Bl itu - semula dia minta agar bangunannya lebih luas dari yang sekarang. Tapi tak disetujui. "Waktu itu direksinya masih orang Belanda. Biasa kan, mereka lebih hemat", katanya. Silaban yang merasa tak dipengaruhi oleh gaya arsitektur tertentu itu tahun 1954 memenangkan sekaligus 3 sayembara perencanaan masjid Istiqlal, Bank Indonesia dan Monumen Nasional. Dan sampai sekarang ia masih membuat disain beberapa bangunan besar di beberapa kota. Gedung BI Surabaya dan BNI '46 Medan misalnya, sampai sekarang belum selesai.

Untuk sayembara Monas, ia hanya berhasil sebagai pemenang kedua. "Tapi ingat, waktu itu pemenang pertama tak ada, karena panitia rupanya tak puas dengandisain yang disayembarakan", katanya. Sebagai pemenang sayembara Istiqlal ia menggondol hadiah Rp 25.000 (uang lama), Rp 40.000 (untuk Bank Indonesia) dan Rp 25.000 (untuk Monas). "Hadiah Istiqlal habis buat potong kerbau karena sudah janji sama teman-teman", katanya tertawa.

Bagi Silaban yang Kristen Protestan,…

Keywords: TapanuliArsitekMercusuarFriedrich SilabanMasjid IstiqlalErnest DezentjeBung KarnoGideonFrank Lloyd WrightLe Corbusier
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
DICK, SI RAJA SERBA ADA
1984-01-21

Pengusaha, 50, perintis toko serba ada, gelael supermarket. juga pemilik restoran kentucky, dan es krim…

P
PENGAWAL DEMONSTRAN DI MASA TRITURA
1984-01-14

Letjen (purn), 60. karier dan pengalamannya, mengawal para demonstran kappi/kami pada saat terjadi aksi tritura…

A
AHLI NUKLIR, DALAM WARNA HIJAU
1984-01-28

Achmad baiquni, dirjen batan, ahli fisika atom yang pertama di indonesia.