Banyak Versi Menyambut Vonis

Edisi: 03/24 / Tanggal : 1994-03-19 / Halaman : 16 / Rubrik : KRI / Penulis : WY


MAYAT Marsinah ditemukan pada 9 Mei silam. Dan setelah lama kasus pembunuhan tersebut belum juga terungkap, baru pada 1 Oktober tahun silam disusul dengan pencidukan sembilan tersangka oleh petugas dari Bakorstanasda Jawa Timur. Sebagian dari mereka, pagi itu, diambil ketika sedang bekerja di pabrik PT Catur Putra Surya, Porong, Sidoarjo.

Yudi Susanto, pemilik PT CPS, dituduh oleh jaksa sengaja dan berencana melenyapkan nyawa Marsinah. Awal Maret lalu ia mulai diadili di Pengadilan Negeri Surabaya. Perhatian pada persidangan ini tetap menarik. Jika hakim menyudutkan terdakwa, pengunjung bersorak. Sebaliknya, kalau penasihat hukum gigih membela terdakwa, mereka bertepuk. Mengejek. Ini seperti teror mental terhadap Trimoelja, pengacara Yudi Susanto.

Menurut temuan pihak Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) bahwa "suporter" dari PT CPS ini sengaja diboyong oleh petugas keamanan ke persidangan dengan imbalan Rp 30.000 per orang. Maksudnya untuk menciutkan nyali Trimoelja (lihat: Teror dan Ancaman untuk Siapa Saja).

Selama sidang, banyak kejanggalan yang muncul atau bertolak belakang dari berita acara pemeriksaan (BAP) polisi -- sehingga dalam persidangan tampak skenario itu menjadi berantakan. Karena ada kejanggalan itu, beberapa lembaga atau instansi mencari sendiri faktanya di lapangan. Berikut ini adalah di antara beberapa versi itu.

Versi BAP. Di situ, Yudi Susanto tegas dituduh sebagai otak pembunuhan Marsinah -- buruh yang dianggap pelopor pemogokan di PT CPS Porong, pada 3 dan 4 Mei 1993. Besoknya, sekitar pukul 16.00, Yudi Susanto memimpin rapat yang dihadiri Yudi Astono, Karyono Wongso alias Ayip, Bambang Wuryantoyo, Suwono, Widayat, Suprapto, dan A.S. Prayogi, serta Mutiari, yang membicarakan soal pemogokan itu.

Sebelum rapat usai, Yudi Susanto menyuruh Mutiari keluar ruangan. Setelah itu, Yudi Susanto menginstruksikan "menghi langkan Marsinah". Sebagai penculik Marsinah ditunjuk Suprapto, Suwono, Bambang Wuryantoyo, A.S. Prayogi, dan Widayat. Hari itu juga, sekitar pukul 22.00, Marsinah dijemput Suprapto dengan sepeda motor miliknya. Aktivis buruh itu dibujuk untuk makan bersama ke Porong. Ternyata, ajakan itu tidak ditampik Marsinah.

Tiba di Tugu Kuning, rupanya telah menunggu sebuah mobil Daihatsu Hijet warna agak putih milik PT CPS bernomor polisi L-1679-CW. Di situ juga ada Suwono, Bambang, A.S. Prayogi, Widayat, dan Kapten Kusaeri, Danramil Porong. Kusaeri menumpang pulang ke Sidoarjo. Tapi, karena mobil tidak menuju ke Sidoarjo, Kusaeri meminjam motor yang tadi dipakai memboncengkan Marsinah.

Lalu Marsinah mereka jebloskan ke dalam mobil. "Dibawa ke mana saya ini?" tanya lulusan SMA Muhammadiyah Nganjuk itu. Ia memberontak, tapi para penculik membekuknya. Kaki, tangan, dan mulut Marsinah diikat oleh Prayogi dengan tali kain yang sudah disiapkan. Ia dibawa ke rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita, Surabaya.

Sampai di sana, pembantu di rumah Yudi, yakni Susianawati (Susi), membuka pintu pagar ketika melihat Karyono Wongso alias Ayip datang. Ayip memang sudah dikenalnya. Dari dalam mobil itu, Bambang, Suwono, dan Suprapto membopong Marsinah, lalu disekap di kamar Susi. "Awas, kamu jangan ngomong pada siapa-siapa," ujar Ayip kepada Susi.

Kemudian, seorang dari mereka bicara kepada Susi: "Kamu tidur saja di kamar bersama orang itu. Tidak apa-apa, ia masih hidup. Ia dibegitukan biar kapok." Esok siangnya, 6 Mei, Yudi Susanto juga mengingatkan Susi: "Itu ada orang di kamarmu, Nduk. Kamu jangan bilang siapa-siapa." Susi dan pembantu lain, Lasmini, takut ancaman itu (lihat: Memingit Truf).

Pada 7 Mei, sekitar pukul 23.00, mereka datang lagi. Dua pembantu tadi disuruh mengganti baju putih korban dengan kaus hitam. Roknya diganti dengan warna kecokelatan, dan celana dalamnya dirangkap dua. Ikatan di tangan dan kaki korban sudah dilepas, tapi mulutnya masih terikat. "Lehernya sudah tidak bisa ditegakkan," kata Susi. Selama disekap itu, menurut Susi, korban tidak diberi minum atau makan, karena khawatir ia akan berteriak.

Pada 8 Mei, sekitar pukul 23.00, Suwono, A.S. Prayogi, Bambang, Widayat, dan Suprapto meluncur…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

G
Genta Kematian di Siraituruk
1994-05-14

Bentrokan antara kelompok hkbp pimpinan s.a.e. nabanan dan p.w.t. simanjuntak berlanjut di porsea. seorang polisi…

S
Si Pendiam Itu Tewas di Hutan
1994-05-14

Kedua kuping dan mata polisi kehutanan itu dihilangkan. kulit kepalanya dikupas. berkaitan dengan pencurian kayu…

K
KEBRUTALAN DI TENGAH KITA ; Mengapa Amuk Ramai-Ramai
1994-04-16

Kebrutalan massa makin meningkat erat kaitannya dengan masalah sosial dewasa ini. diskusi apa penyebab dan…