Vendetta Buat Max Dan Hansina ?

Edisi: 17/07 / Tanggal : 1977-06-25 / Halaman : 07 / Rubrik : LN / Penulis :

PERBUATAN pemuda Maluku Selatan di Belanda ternyata belum berakhir dengan penguburan teroris-teroris yang tewas karena peluru marinir 11 Juni lalu, di desa De Punt. Kamis sore, 16 Juni, seorang perwira polisi Belanda diserang oleh 25 pemuda Maluku Selatan di perkampungan mereka dekat kota pelabuhan Rotterdam. Menurut kantor berita AFP, para pemuda itu sebelumnya telah mengobrak-abrik sebuah toko buku dekat perkampungan mereka. Akibatnya satuan marsose dan marinir yang belum seminggu beristirahat setelah usainya aksi teroris terlama di Belanda, kembali dikerahkan mengepung perkampungan Maluku di Krimpen a/d Ijssel dan Capelle a/d Ijssel.

Untunglah ketegangan hanya berlangsung selama 2 jam. Setelah berembuk dengan wakil masyarakat Maluku Selatan di situ ("presiden RMS, ir. J.A. Manusama kebetulan tinggal di desa Capelle a/d Ijssel), polisi menarik mundur mobil-mobil lapis baja mereka. Tapi siapa yang menjamin insiden-insiden semacam itu tak akan berulang kembali?

Suasana tegang dan nafsu balas dendam sudah terbayang sejak upacara penguburan Max Papilaya, 27 tahun, dan Hansina Otosea, 21 tahun, tiga hari setelah lampu hijau menyala di Belanda. Menurut laporan pembantu TEMPO di Belanda, Yusfiq Hajar, ada 10.000 orang Maluku Selatan yang ikut mengantarkan 6 peti mati itu ke pekuburan De Boskamp di Assen. Jumlah itu bisa lebih…

Keywords: Maluku Selatan, Ir. J.A. Manusama, Max Papilaya, Hansina Otosea, De Boskamp, Manusama, Eti Aponno, Vrije Zuidmolukse Jongeren, 

---

Foto Terkait