Mereka Yang Menjadi Tumpuan
Edisi: 22/07 / Tanggal : 1977-07-30 / Halaman : 34 / Rubrik : TK / Penulis :
RENANG: Dimulai Dari Kali
IA dijuluki 'anak ajaib'. Meski lahiriah ia tak ada sesuatu yang tampak ganjil. Ia sama seperti gadis kecil yang sebayanya. Raut mukanya bulat, manis. Kulit putih, mata agak sipit. Tinggi badan 132 cm dan bobot tubuh 33 kg. Ia memang agak tampak gemuk dengan perimbangan demikian. Apalagi rambutnya dipotong pendek ala penyanyi pop Grace Simon. Usianya 11 tahun -- dilahirkan di Malang, tanggal 30 Maret 1966. Dialah, Selowati Hadisuyono, puteri bungsu keluarga Budi Pitono dan nyonya Yetti Saridewi. Ia sehari-hari dipanggil Nunung, lantaran jidatnya menonjol (bahasa Jawa: Nonong Jakarta: jantuk).
Bagi mereka yang tak pernah menginjak stadion renang Senayan, Jakarta julukan itu mungkin agak berlebihan. Sebab Nunung menjadi 'anak ajaib' hanya bila mencemplung ke dalam kolam. Predikat yang disandangnya itu ternyata bukan julukan pemanis semata. Dalam invitasi di stadion renang Senayan, tanggal 10 dan 11 Juli lalu ia membuktikan semua itu. Ia menumbangkan rekor nasional 200 m gaya kupu-kupu yang dipancangkan oleh perenang Maulinawati Haryono di kolam Long Beach, Amerika Serikat, Mei silam dengan catatan waktu 1 menit 38,1 detik (rekor lama: 2 menit 38,6 detik). Ia sekaligus mencatatkan diri sebagai pemegang rekor nasional termuda dalam sejarah renang Indonesia.
Pakai Ban
Lahir sebagai puteri satu-satunya dari 3 bersaudara, dunia renang diarungi Nunung lantaran orangtuanya menginginkan fisik puterinya berkembang normal. "Dulu fisiknya kecil. Tak mau gede-gede," cerita Pitono mengenang keadaan puterinya sewaktu berusia 3 tahun. "Wah, saya bingung sekali."
Ia lalu memperkenalkan puterinya dengan air. Itu terjadi di Pontianak Kalimantan Barat tahun 1969 -- Budi Pitono dan keluarga hijrah dari Malang karena ia mengurus bisnis perkayuan di sana. "Waktu itu Nunung cuma berenang di kali dan pakai ban," lanjut Pitono.
Dua tahun kemudian, nasib membawa mereka ke Jakarta. Nunung tidak lagi berenang di kali Kapuas yang membelah kota Pontianak. Ia mulai terjun ke kolam renang Senayan. Diasuh oleh bekas perenang nasional, Zakaria Nasution, putcri keluarga Pitono ini dengan cepat menemui bentuk. Pada usia 8 tahun, ia sudah terpilih mewakili Indonesia ke Singapura . Waktu itu, ia turun dalam kelompok umur IV B pertanlingan persahabatan. "Sejak itu, ia selalu terpilih untuk ke luar negeri." kata Pitono bangga.
Tetap bernaung di bawah panji klub renang Tirta Taruna, acara latihan bagi Nunung langsung ditangani oleh MF Siregar sepeninggal pelatih lamanya Zakaria sekarang melatih di SMP dan SMA Negeri Ragunan, sejak awal tahun 1977. "Latihnnya kini lebih berat, ' tambah Pitono mengomentari program anaknya. Hari-hari biasa Nunung berenang antara 7.000 sampai 8.000 m. Untuk persiapan PON IX ini ia menempuh jarak 10.000 sampai 1.000 m perhari. Ia latihan pagi-sore. Acara pagi dimulai jam 4.30 subuh sampai jam 6. Petang jam 15.30 sampai menjelang maghrib. Buah dari latihan itu, kini Nunung sudah mencatat waktu 1 jam 5 menit untuk merenangi jarak 4.000 m -- tiap 400 m ia diberi istirahat 30 detik.
Jajan Bakso
Keberhasilan Nunung tersebut ternyata tak lepas dari bantuan latihan orangtuanya. Untuk memperkuat otot-otot puterinya, Pitono melatih Nunung mengangkat barbel dan latihan pemanasan selama 10 sampai 15 menit. "Untuk latihan itu saya berkonsultasi sama pak Siregar," ujar Pitono.
Yang diberikan Pitono bukan cuma itu. Ia juga harus mengeluarkan belanja ekstra untuk gizi puterinya sebesar 20 sampai 22 ribu rupiah per-bulan.
Tidakkah acara latihan yang padat itu mengganggu sekolah Nunung? Ia sekarang duduk di kelas V SD Tanah Abang Bukit. "Mengganggu sedikit," kata Pitono.
Pengakuan itu diperkuat pula oleh Nunung. Tahun lalu ia gagal untuk ke kelas VI. "Sekolah Nunung cuma dua jam. Dari jam 6 sampai jam 8. Padahal jam 6 Nunung masih di kolam," pengakuan Nunung. Yang dikorbankannya bukan hanya sekolah formil saja. Ia juga menghentikan les menyanyi di grup Bina Vokalia asuhan Pranajaya, setelah satu tahun lebih ia bergabung di sana. Juga latihan bela diri Karate -- terakhir Nunung memakai ban oranye. Bahkan kegemaran anak-anak sebayanya, seperti jajan bakso, pun ditinggalkannya. "Kalau ada tukang bakso lewat di depan rumah, ya cuma lewat doang," katanya lugu.
Ia bukan tak senang makanan tersebut. Tapi disiplin latihan telah membuat ia matang lebih cepat. "Kalau ia sampai sakit perut, kan lebih berabe," sela Pitono. "Prestasinya bisa turun."
Orangtuanya tampak memahami apa yang menjadi kegemaran anak seusia itu. Untuk itu mereka membuatkan bakso atau makanan lain bagi puterinya. "Enak juga rasanya, kok," kata Nunung mengomentari masakan ibunya.
Naniek Suwaji
Hari-hari terakhir menjelang pertandingan renang PON IX, pengawasan terhadap makanan dan kesehatan Nunung tampak tak berubah. Bertambah ketat, malah. Sebab ia merupakan perenang andalan bagi tim DKI Jakarta. Ia akan turun pada nomor 200 m gaya kupu-kupu, 200 m, 400 m, dan 800 m gaya bebas serta nomor estafet. "Saya tidak sesumbar," kata pelatih MF Siregar. "Menurut perhitungan saya, tiga atau empat medali…
Keywords: Grace Simon, Selowati Hadisuyono, Budi Pitono, Yetti Saridewi, Maulinawati Haryono, M. Syamsul Anwar, Lelyana T, Usman Effendi, Sutiyono, 
Artikel Majalah Text Lainnya
DICK, SI RAJA SERBA ADA
1984-01-21Pengusaha, 50, perintis toko serba ada, gelael supermarket. juga pemilik restoran kentucky, dan es krim…
PENGAWAL DEMONSTRAN DI MASA TRITURA
1984-01-14Letjen (purn), 60. karier dan pengalamannya, mengawal para demonstran kappi/kami pada saat terjadi aksi tritura…
AHLI NUKLIR, DALAM WARNA HIJAU
1984-01-28Achmad baiquni, dirjen batan, ahli fisika atom yang pertama di indonesia.