Satu Titiek, 40 Tahun Dan 300 ...; Titiek 40 Tahun

Edisi: 37/07 / Tanggal : 1977-11-12 / Halaman : 54 / Rubrik : TK / Penulis :


TITIEK Puspa adalah sejenis industri. 

Selasa pekan lalu ia merayakan ulangtahunnya dengan sebuah pesta sekitar Rp 1,5 juta di- Hotel Indonesia Sheraton, Jakarta. Sampai tengah malam. Paginya ia menerima wartawan untuk wawancara. Begitu selesai, ia ke airport untuk naik pesawat ke Surabaya. Sambil menunggu pesawat ia masih harus memberikan wawancara lain. Di Surabaya ia mengadakan pertunjukan untuk amal. Dari Surabaya ia terbang ke Medan untuk sebuah show dana lagi. Juga malam berikutnya. Dan Senin minggu ini, setelah sehari istirahat di Jakarta, ia ke Surabaya sekali lagi. Kali ini rencanaya buat di sana sebulan. Ia harus menyelesaikan film Inem seri ke-II dengan sutradara Nyak Abbas Akub. 

Dalam proses itu ia mungkin bergerak untuk menyusun sebuah lagu. 

Siapa tahu. Lagu ciptaannya kini telah lebih dari 300 buah. Tak ayal lagi dialah komponis wanita Indanesia yang paling banyak tercatat karyanya sepanjang sejarah - mungkin sejak sebelum zaman Majapahit. Bahkan mungkin ia penggubah lagu paling produktif melebihi siapapun selama sederet dasawarsa ini. Yang jelas, di hari-hari ini, para penyanyi bagaikan antri menunggu lagu dari Titiek - suatu hal yang tak dialami komponis lain. 

Malam itu, di Ramayana Room Hotel Indonesia, ia mengenakan gaun tipis merah jambu, dengan rambut dililitkan ke atas. Sahabatnya, para bintang panggung dan film dan penyanyi, yang tiba bagaikan silih berganti, memberinya ciuman. Sebuah band dari hotel mengantarkan tamu (antara lain Ali Sadikin dan nyonya) menghampiri hidangan yang untuk tiap orang dihitung Rp 4.700 itu. Sesudah itumereka duduk. untuk meng ikut,i acara kocak buat Titiek. 

Menjelang jam 22.00, didampingi anaknya Petty (17 tahun) dan Ella (15 tahun, Titiek Puspa memotong kue. "Terima kasih teman-teman . Usia saya sudah-40 tahun. Usia yang sudah semakin tua. Setua ini pula, teman-teman, saya berbahagia. Tapi jangan tingalkan saya ya.... 

Suaranya yang tersohor itu, alto, husky, memberat-mendayu dan dengan main-main di sana-sini, terdengar di pengeras suara. Siapa bisa meninggalkan Titiek, setidaknya sekarang? Tak banyak wanita - apalagi bintan -- yang berani merayakan ulang-tahunnya yang ke 40 dengan begitu penuh gebyar. Tak banyak wanita yang pada moment itu begitu yakin bahwa ia tak akan dilupakan orang. Lima tahun yang lalu ia pernah berfikir bahwa ia akan berhenti menyanyi setelah 40 tahun. Tapi hari itu Titiek Puspa nampak belum pada titiknya. Dengan tinggi 167, berat lebih kurang 59 kilo, ia -- yang dipanggil "Tante" oleh para penyanyi mutakhir -- masih sexy, senang, sukses, sibuk. "Ia masih jam 12.00 siang," komentar sutradara Nyak Abbas Akub, "belum surut ke sore." 

Sudarwati, anak mantri kepala kesehatan yang baru berumur 3 takun, terkena tipus dan kemudian malaria. Ayahnya, Toegeno Poespowidjojo, seperti banyak orang Jawa lain, mencoba menyelamatkan anak ftu dengan mengganti namanya. Si bocah jadi Soemarti. Tapi tahun-tahun tetap suram bagi keluarga priyay kecil itu. Di masa pendudukan Jepang, di tahun 1944, di kota Semarang yang panas itu, si Soemarti - sambil bersekolah di sekolah dasar kelas dua - berjualan air teh dan peyek. Setelah beberapa kali berpindah ke pelbagai kota di Jawa Tengah', keluarga Toegeno akhirnya menetap di Temanggung sampai Soemarti kelas V sekolah dasar. Baru pertengahan tahun 1948 Marti diindekoskan di Magelang. 

Dari Temanggung, orang tuanya tiap bulan cuma bisa mengirim uang pas-pasan. Untuk baju, Marni biasa punya akal: bajunya yang usang dirombak, modelnya ia disain lagi di kertas koran, lalu diselesaikannya jahitan dengan tangan. Makanan pun sangat terbatas. Pagi, siang dan malam hanya nasi gudeg dengan secuil tahu atau ibu tempat numpang itu memasak yang lain, itu berarti pesta. Suatu hari Marni melihat ibu itu menggoreng sesuatu yang terlihat enak: mungkin tempe, mungkin hati. Lapar, ia sambar. Ternyata yang dikunyahnya trasi goreng. 

Ia selalu membawa gula enau yang seperti kue merah ke sekolah. Gula Jawa itu biasanya ia barter dengan singkong rebus bekal teman-temannya. Suatu ketika sepotong gula jawa tertinggal di laci kelas. Paginya semut membanjiri ruangan. Soemarti disetrap guru, ia harus berdiri di luar kelas. 

Tapi cerita di sini tak berarti cuma sedih. Anak gadis itu nakal, hampir seperti anak lelaki. Ia tomboi yang bisa urakan. Soemarti suka mengejar kereta api yang tengah berjalan. Atau nongkrong di dahan pohon, nyanyi. Atau waktu disetrap guru di luar kelas - pergi ke warung pak penjaga sekolah. Kalau punya uang, ia disetrap sambil jajan pecel. 

Komponis Titiek bagi para penyanyi lain, bagaikan seorang penjahit tenar. Mereka pada datang ke rumahnya, kadang seperti hampir berebut, minta dibikinkan lagu. Menurut cerita penyanyi Nona Anna Ade Manuhutu, Titiek punya stok lagu yang disimpan dalam sebuah buku khusus. Penyanyi yang datang ke rumahnya tinggal pilih…

Keywords: Titiek PuspaSudarwatiSoemartiInem seri ke-IINyak Abbas AkubAli SadikinToegeno PoespowidjojoSi bocah jadi SoemartiZainal ArdiMinah Gadis DusunUsmar IsmailDi Bawah Cahaya GemerlapanDirektur Bank SentralJusuf Muda
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
DICK, SI RAJA SERBA ADA
1984-01-21

Pengusaha, 50, perintis toko serba ada, gelael supermarket. juga pemilik restoran kentucky, dan es krim…

P
PENGAWAL DEMONSTRAN DI MASA TRITURA
1984-01-14

Letjen (purn), 60. karier dan pengalamannya, mengawal para demonstran kappi/kami pada saat terjadi aksi tritura…

A
AHLI NUKLIR, DALAM WARNA HIJAU
1984-01-28

Achmad baiquni, dirjen batan, ahli fisika atom yang pertama di indonesia.