Ada Yang Lucu, Yang Norak, Yang Sedih

Edisi: 44/07 / Tanggal : 1977-12-31 / Halaman : 21 / Rubrik : SD / Penulis :


DI Jakarta, perayaan perkawinan sedang "ditradisikan." Upacara adat digali kembali setengah jorjoran untuk menggapai suasana daerah pada masa feodal. Pengantin berdandan secantik mungkin, sebab begitulah biasanya, dan upacara dilakukan menurut urutan kronologis pernikahan tempo dulu. Kalau bisa melebihi. 

Pernikahan ternyata tidak cukup dengan cinta. Sejumlah besar biaya harus ada untuk keramaian yang pada hakekatnya demi menegakkan gengsi -- atau: "kekeluargaan." Kegairahan ini, bagai suntikan hormon di tubuh para perias pengantin. Merekalah yang menyiapkan pasangan agar tampak seperti raja-raja zaman dulu. 

Perias Istana 

Ibu Sasongko, wanita Jawa yang merias pengantin selama 30 tahun, berkata: "Dulu perkawinan hanya untuk saingan. Rasa kedaerahannya kurang. Sekarang 'kan nggak, rasa kedaerahannya ada. Tapi itu karena ingin menonjolkan kebudayaan Indonesia." la juga menunjuk seringnya terdapat upacara di mana pengantin memakai pakaian daerah yang berbeda. 

Misalnya yang satu Jawa, yang satu lagi Palembang. Ini menyebabkan tampilnya 'ilmu tata rias' yang berbeda dengan perias yang berbeda, dalam satu saat. Demikianlah wanita 40 tahun yang masih kelihatan cantik ini berkesimpulan: pernikahan zaman sekarang jauh lebih praktis daripada dulu. "Selain uaacara bisa digabung jadi satu, warna-warni baju pengantin sekarang bisa macam-macam. Dahulu hanya hitam," katanya kepada TEMPO. 

Tidak kurang dari 3.000 pasang wajah sudah ditolong oleh perias pengantin yang memiliki 7 anak ini. Waktu ia memulainya pada tahun 1947, ia tidak membayangkan pekerjaan ini akan menjadi profesinya sampai tua. Ia hanya mencoba-coba - untuk seorang tetangga yang sedang dikawinkan. Sambil mengenangkan cara-cara rias Sala yang diterapkan pada wajahnya sendiri waktu ia masih gadis dahulu, ia bekerja dengan sangat hati-hati. 

Tertarik oleh kecermatannya, beberapa tetangga kemudian memintanya terus. Di sinilah ia mulai meletakkan dasar yang berbuah sampai sekarang. Waktu itu ia masih mempergunakan alat-alat sederhana sekali. Ramuan daun pepaya untuk memoles wajah pengantin wanita, misalnya. Memang tidak praktis. Baru tahun 1949 ia mulai mempergunakan pensil alis dan krim pembersih untuk pengantin Purnomo, alias Udel. Itu lho orang yang pernah main sebagai si Mamat dan sekarang dengan konyolnya menggantikan Kris Biantoro untuk acara 'Suka Hati' di TVRI. 

Ibu Sasongko mulai kerja rutin tahun…

Keywords: IBU SASONGKODUKUN MANTENDODOTNUR AJELISUNI DJELIS
Rp. 15.000

Foto Terkait


Artikel Majalah Text Lainnya

D
DIA DI BELAKANG PENONTON
1983-02-05

Walaupun bisa nonton gratis, penghasilan rata-rata kecil, juga terancam bahaya radiasi.

D
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12

Dengan adanya isu bahwa orang bertato akan diculik jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun, bahkan…

D
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12

Dengan adanya isu orang yang bertato akan dibunuh, jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun bahkan…