Raam Punjabi: "Film itu Tidak Mengajak Berzina"

Edisi: 26/33 / Tanggal : 2004-08-29 / Halaman : 42 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,


SEMUA ini mungkin berangkat dari judul film yang menantang, Buruan Cium Gue. Judul yang kemudian ditafsirkan oleh kiai, tokoh publik, juga pengusaha H. Abdullah Gymnastiar sebagai sebuah undangan dari lakon yang lebih menyeramkan, Buruan Zinahi Gue. Tentu saja kata-kata itu buah imajinasi Aa Gym yang khawatir akan nasib si "gue", generasi yang mengenal dan--mungkin--menjalani seks lebih dini dari generasi sebelumnya. Tapi, itulah awal kehebohan yang mendarat pada sebuah paradoks: melambungkan popularitas film bioskop itu dalam sekejap sekaligus membuatnya pendek umur.

Kita tahu, nasib film nasional Buruan Cium Gue kemudian tak berbeda dengan film Pembalasan Ratu Pantai Selatan pada 1980-an: sama-sama ditarik dari peredaran. Jumat pekan lalu, Raam Jethmal Punjabi, bos Multivision Picture, yang memproduksi Buruan Cium Gue, mengambil langkah itu. Raam sebenarnya telah menyusun sebuah rencana pasar. Kelak, Februari 2005 bakal muncul sekuel film tersebut dengan judul menggelitik tapi dengan konotasi seksual jauh lebih ringan. Dan itulah Gue Cemburu: Buruan Kawinin Gue, yang kini tak begitu jelas nasibnya.

Ya, kali ini pengusaha berdarah India dan bertubuh raksasa yang mengawali bisnisnya di bidang tekstil itu memang salah hitung. Tapi, dialah sosok pelopor sinetron televisi, juga salah satu titik kontroversial yang membubuhkan tiga ciri khas sinetron-sinetron kita: ganteng bintang prianya, cantik pemeran wanitanya, dan glamour kehidupan kesehariannya. Mirip kehidupan putra-putri raja di dalam istana, kehidupan dari dunia dongeng yang jauh dari kenyataan keseharian masyarakat pemirsa televisi.

Sinetron-sinetronnya dikritik dan dinilai membuai mimpi, sesuatu yang disangkal Raam--ia menyebutnya "harapan". Ada banyak pertanyaan yang perlu dijawab, dan untuk itu wartawan TEMPO Nurdin Kalim, Akmal Nasery Basral, F. Dewi Ria Utari, dan fotografer Hendra Suhara mewawancarai Raam, Jumat malam silam, di kantornya di Multivision, Jakarta. Berikut petikannya.

Kenapa Anda akhirnya menarik sendiri peredaran film Buruan Cium Gue?

Begini, ya. Setelah saya merenungkan pro-kontra atas film ini, saya memang harus bertindak cepat. Sebab, kalau saya biarkan film ini beredar terus, akan menjadi polemik. Dari polemik, akan menjadi perpecahan dalam pemikiran, sehingga kekuatan akan terbagi. Mungkin 100 ribu orang atau 500 ribu orang. Ini yang tidak saya inginkan. Toh, kalau orang tidak menonton film ini, mereka tidak akan mati kelaparan. Jadi, buat saya, tidak ada untungnya memecah dua pemikiran masyarakat kita hanya untuk mempertahankan film ini.

Selain itu, saya juga memahami jalan pikiran para pemuka agama kita, seperti Aa Gym dan Din Syamsuddin. Mereka sudah memiliki pandangan hidup yang jelas bahwa hidup itu harus putih. Dan untuk putih, mereka sudah mempunyai jutaan orang yang bisa memahami jalan pikiran mereka. Lalu, mereka harus mendapatkan sisa masyarakat kita untuk menjadi putih juga. Nah, kehadiran film ini, menurut mereka, menghambat jalan pekerjaan mereka untuk memutihkan sisa masyarakat itu. Makanya, saya katakan kepada mereka bahwa saya setuju film ini ditarik dari peredaran.

Jadi, Anda merugi?

Saya sekarang tidak memikirkan untung-ruginya. Ibaratnya, saya dalam kondisi dua mobil berbenturan keras. Dan ada kemungkinan mendapatkan korban dari benturan itu. Saya harus menyelamatkan itu.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…