Endriartono Sutarto: ”Saya Sendiri yang Akan Mengumumkan Hasil Investigasi Kami”

Edisi: 48/31 / Tanggal : 2003-02-02 / Halaman : 45 / Rubrik : WAW / Penulis : Rurit, Bernarda, ,


TEMBAKAN beruntun itu tiba-tiba memecah keheningan ketika bus karyawan PT Freeport Indonesia melintasi Timika. Timah panas menerobos kaca dan mencabut tiga nyawa sekaligus: dua warga negara Amerika Serikat serta seorang warga Indonesia. Beberapa penumpang lain luka-luka. Dari Washington hingga Jakarta, orang mengutuk peristiwa tersebut. Tiga hari setelah insiden berdarah itu, The Washington Post melansir sebuah berita mengejutkan.

Mengutip informasi dari berbagai sumber intelijen Amerika, harian terkemuka Amerika ini melaporkan bahwa Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto adalah tokoh di balik serangan berdarah tersebut. The Washington Post bahkan meyakini, Tentara Nasional Indonesia (TNI) tengah menyusun operasi militer terhadap PT Freeport. Kisah itu didukung data adanya rapat sejumlah petinggi militer Indonesia yang membahas operasi militer untuk Timika.

Jenderal Tono—begitulah Panglima TNI itu biasa disebut—kontan merasa gerah setelah membaca laporan tersebut. Apalagi, sebelum kasus Timika muncul, korps TNI juga tengah menanggung coreng yang lain di kening. Letnan Kolonel Hartomo—dan enam anak buahnya—dari Satgas Tribuana Kopassus menjadi tersangka dalam pembunuhan Ketua Presidium Dewan Papua, Theys Hiyo Eluay.

Lebih dari sekadar gerah, Endriartono menggugat perdata The Washington Post senilai US$ 1 miliar (setara sekitar Rp 9 triliun). ”Tuntutan itu saya lakukan karena berita itu tidak benar. Sejak awal sudah beredar rumor di luar negeri bahwa TNI-lah yang menyerang mereka,” ujarnya kepada TEMPO. Dia melanjutkan: ”Jelas ada upaya memojokkan TNI.”

Selain menggugat, sang Jenderal juga mengundang Biro Penyelidik Federal (FBI) Amerika agar bergabung dengan Polri dan Puspom TNI dalam menginvestigasi kasus Timika. Dia mengaku, langkah itu diambilnya untuk menjaga independensi tim investigasi tersebut. Toh sejumlah politikus di Senayan sempat mengecam tindakannya. Mereka menilai langkah itu, selain meremehkan kemampuan aparat kita, perlu dipertanyakan aspek nasionalismenya. Apa jawaban Endriartono? ”Kehadiran FBI diperlukan untuk menjamin fairness investigasi tersebut.”

Papua sesungguhnya bukan wilayah asing bagi Endriartono. Pada tahun 1994, ia pernah menjadi Komandan Korem 173 Kodam Trikora. Setahun kemudian, ia menjadi perwira menengah di kodam yang sama. Tapi bukan karena urusan nostalgia bila dua pekan lalu dia menyambangi pulau tersebut. Jenderal berusia 56 tahun itu dianugerahi brevet anggota kehormatan dari Korps Marinir TNI-AL yang tengah menggelar latihan Operasi Amfibi di Pantai Sorong.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…