TUAN IMF, SELAMAT TINGGAL (?)

Edisi: 05/32 / Tanggal : 2003-04-06 / Halaman : 67 / Rubrik : AK / Penulis : Makarim, Nono Anwar, ,

Sampai kini, kontrak Indonesia dengan Dana Moneter Internasional (IMF) tetap menyalakan kontroversi. Kelompok 35 ekonom mendesak agar kehadiran IMF disudahi November mendatang, setelah diperpanjang setahun. Mereka mengajukan skenario "Indonesia Bangkit" untuk mendapatkan dana alternatif bagi pinjaman IMF, yang dinilai memperburuk ketimbang memperbaiki Indonesia.

Pada akhir bulan lalu, Aksara mengundang Dr. Rizal Ramli, juru bicara Kelompok 35, dan Dr. Muhammad Chatib Basri, ekonom dari Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) UI, untuk mendiskusikannya. Mereka tidak yakin pada skenario tersebut.

Bagaimana pula kritik telak Joseph Stiglitz, pemenang Nobel ekonomi, yang akan berceramah di Jakarta itu? Tiga tulisan Dr. Nono Anwar Makarim menyoroti buku Globalization and Its Discontents beserta debat panas di sekitarnya.

***

BOM IMF DARI HOTEL BINTANG 5

Analis IMF tak peka pada dampak kebijakan-kebijakan mereka terhadap nasib rakyat di negara klien.

GLOBALISASI terbukti memperkaya mereka yang sudah kaya dan memelaratkan yang miskin. Adalah negara-negara kaya di Barat dan Jepang yang nyata-nyata menarik keuntungan dari globalisasi ini. Sehingga, selagi negeri-negeri kaya tumbuh 2,5 persen setahun, fakir miskin di dunia bertambah 100 juta jiwa. Dunia yang kian miskin dan makin tak stabil pun tersulut kerusuhan di mana-mana.

Ekonomi pasar terbukti lebih buruk dari yang diramalkan kaum Marxis-Leninis. Negeri miskin dipaksa membuka pintu buat barang dari negara kaya, sedangkan negara kaya menciptakan 1.001 cara untuk menutup pintu atau membatasi masuknya barang dari negara miskin. Demikian Joseph E. Stiglitz, pemenang hadiah Nobel untuk ilmu ekonomi 2001, dalam bukunya, Globalization and Its Discontents (The Penguin Press, 2002).

"Globalisasi"—integrasi berbagai negara dan bangsa dunia—ini terjadi karena anjloknya biaya transpor…

Keywords: -

---

Foto Terkait