Muhammad Jusuf Kalla: Saya Bukan Pesaing Presiden

Edisi: 50/33 / Tanggal : 2005-02-13 / Halaman : 44 / Rubrik : WAW / Penulis : Harymurti, Bambang , Zulkifli, Arif , Manggut, Wenseslaus


MUHAMMAD Jusuf Kalla, 63 tahun, adalah "tokoh sentral" pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Sebagai wakil presiden, peran Jusuf Kalla sangat mencolok. Pelbagai langkah Jusuf—seperti penanganan tsunami di Aceh dan dialog RI dengan Gerakan Aceh Merdeka—menjadikannya "super-wakil presiden". Jusuf mengaku, ia mengambil keputusan penting dengan cepat karena, "Banyak persoalan yang tak bisa mengikuti prosedur."

Peruntungan memang berpihak pada Jusuf Kalla. Desember 2004, saudagar asal Bugis ini terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar, partai terbesar di parlemen. Hal itu membuat pendulum kekuatan politik bergeser. Kekhawatiran ketidakstabilan politik akibat rongrongan DPR langsung pudar. Dan Jusuf Kalla tampil menjadi "penyelamat" stabilitas politik pemerintah. Posisinya di pemerintahan menguat.

Jusuf Kalla adalah pejabat yang hidup dalam tradisi saudagar: tanggap, cepat mengambil keputusan, dan tidak birokratis. Ia rileks dan dikenal mudah ditemui wartawan. Telepon seluler selalu ia pegang sendiri. Telepon atau sms juru tinta hampir selalu ia jawab. "Kalau ada missed call, ya langsung saya telepon balik," katanya. Senin pekan lalu Tempo mewawancarai Jusuf Kalla melalui janji yang "sangat tidak birokratis" untuk sebuah pertemuan dengan seorang Wakil Presiden. "Kalian datang saja jam 16.00 ya," katanya beberapa jam sebelum wawancara.

Mengenakan kemeja abu-abu tanpa dasi, Jusuf menemui tim Tempo—Bambang Harymurti, Arif Zulkifli, Wenseslaus Manggut, Setiyardi, dan fotografer Bernard Chaniago. Sebelumnya ia sibuk bertelepon kepada tim negosiator RI dengan GAM yang masih berada di Helsinki, Finlandia. Pertemuan kedua dengan GAM—setelah sebelumnya berunding dua pekan lalu—rencananya akan dilakukan akhir Februari ini.

Bagaimana Anda menilai hasil pertemuan RI dan GAM di Helsinski, Finlandia?

Kita tidak mungkin menundukkan jiwa orang dalam waktu sehari. Ketika membuat perjanjian Malino untuk menyelesaikan konflik Ambon, kami bertemu setiap lima hari. Konflik Ambon baru, tapi lebih ganas. Orang membunuh sambil tertawa. Konflik Ambon memakan korban 2.000 nyawa dalam setahun—jauh lebih besar dari konflik Aceh. Sekarang soal GAM kondisinya sudah bagus. Kita bisa bertemu, tertawa-tawa dan berpelukan. Dulu kita tidak pernah bisa bertemu. Ini pertemuan awal. Kami akan bertemu lagi sekitar tanggal 20 Februari 2005.

Pemimpin GAM Hasan Tiro tetap menginginkan kemerdekaan Aceh. Mungkinkah ada titik temu?

Betul. Tapi jangan lupa bahwa dia sudah uzur. Saya heran orang masih taat dengan dia. Tapi saya tetap optimistis. Kita sudah mencapai 25 persen dari target. Kita sudah mengajak mereka makan-makan dan cerita-cerita. Tiga pertemuan lagi, persoalan dengan GAM saya kira sudah selesai.

Apa yang ditawarkan Indonesia kepada…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…