Kita Mencuri Start Supaya Vaksin Cepat Jadi
Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-08-01 / Halaman : / Rubrik : WAW / Penulis :
UJI klinis fase III vaksin Coronavirus Disease 2019 buatan Sinovac Biotech Ltd, Cina, dibanjiri peminat. Empat hari sejak pendaftaran relawan dibuka pada 27 Juli lalu, sudah ada seribu orang yang mendaftar menjadi peserta penelitian yang dilakukan tim riset Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, tersebut.
Tim riset membutuhkan 1.620 relawan untuk uji klinis fase III ini dengan syarat semua peserta adalah penduduk Kota Kembang. Selain harus sehat dan bebas Covid-19, calon peserta uji klinis mesti berusia 18-59 tahun. “Saya mencari kelompok umur yang mempunyai daya tahan tubuh relatif lebih kuat,” kata Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Coronavirus Disease 2019 Kusnandi Rusmil, 70 tahun, dalam wawancara khusus dengan Tempo melalui konferensi video, Selasa, 28 Juli lalu.
Di tengah meroketnya jumlah penduduk Indonesia yang terinfeksi Covid-19, keberadaan vaksin memberikan harapan baru. Pada Senin, 27 Juli lalu, Indonesia mencatatkan lebih dari 100 ribu kasus positif dan hampir 5.000 korban tewas akibat terinfeksi Covid-19. Angka ini bahkan melampaui Cina, negara asal virus corona. “Korban meninggal di Indonesia sudah banyak,” ujar Kusnandi.
Setelah menggelar uji klinis fase I dan II di Cina, Sinovac menggandeng PT Bio Farma (Persero) untuk pengetesan massal di Indonesia. Bio Farma mempercayakan uji klinis kepada Kusnandi dan tim sebelum vaksin bisa diproduksi dalam skala besar. Guru besar ilmu kesehatan anak Universitas Padjadjaran, Bandung, itu telah berpengalaman meneliti vaksin selama lebih dari 20 tahun dan melakukan 32 uji klinis.
Kepada wartawan Tempo, Sapto Yunus, Dody Hidayat, Mahardika Satria Hadi, dan Anwar Siswadi, Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia 2014-2017 itu menceritakan persiapan uji klinis fase III, peluang vaksin buatan Sinovac tersebut, hingga kebutuhan penawar virus SARS-CoV-2 di Indonesia.
Bagaimana kesiapan uji klinis fase III vaksin Covid-19 setelah Komite Etik Penelitian Kesehatan Universitas Padjadjaran menyetujui izinnya?
Setelah keluar izin dari Komite Etik, ada masukan-masukan baru yang bagus untuk melindungi tim peneliti. Terjadi perubahan prosedur. Calon relawan yang tadinya cukup diperiksa dengan rapid test kini harus menjalani tes usap PCR (polymerase chain reaction). Karena perubahan itu, kami mencetak ulang pemberitahuan kepada calon peserta uji klinis. Kami harus bilang mereka semua akan dites PCR. Subyek penelitian harus mendapatkan penjelasan bahwa prosesnya aman.
Apakah calon peserta uji klinis tetap harus diperiksa dengan tes cepat?
Rapid test antibodi tetap dilakukan karena kami ingin mengukur kadar antibodi calon peserta.
Bagaimana jika hasil tes PCR calon peserta positif Covid-19?
Apabila tes PCR positif, tidak boleh ikut uji klinis. Kalau PCR negatif, rapid test antibodi positif juga tidak bisa ikut uji klinis. Jadi dua-duanya harus negatif.
Mengapa tes PCR tidak menjadi persyaratan sejak awal untuk uji klinis?
Rapid test tidak begitu diperlukan untuk diagnostik belum lama ini. Sebelumnya, Kementerian Kesehatan memakai rapid test untuk diagnostik. Jadi kami mengikuti aturan dari Kementerian Kesehatan.
Tes PCR membutuhkan waktu lebih lama ketimbang tes cepat. Sejauh mana penerapan tes PCR mempengaruhi jadwal pelaksanaan uji klinis?
Tadinya uji klinis direncanakan mulai awal Agustus. Sekarang mundur sepuluh hari, lah. Kapasitas tes sehari paling banyak 25 sampel PCR di satu tempat. Misalnya sehari ada enam tempat, berarti paling banyak sehari 150 orang. Formulir dan leaflet mesti dicetak baru. Panitia yang awalnya hanya dilatih rapid test sekarang harus bisa swab test. Calon peserta yang tadinya datang langsung disuntik, sekarang mesti hadir tiga hari sebelumnya, diwawancarai, dites swab, baru tiga hari kemudian disuntik. Jadwalnya berubah.
Apakah antusiasme masyarakat tetap tinggi dengan adanya persyaratan baru?
Dari Puskesmas Garuda, Kota Bandung, saja yang sudah pasti mengirim surat ke saya ada 350 orang. Saya bilang jangan tambah dulu karena nanti puskesmas lain juga ingin ikut. Jadi siapa saja begitu terima leaflet silakan daftar dulu ke nomor WhatsApp yang tertera. Siapa yang duluan mendaftar akan diperiksa lebih dulu.
Siapa saja yang bisa mendaftar menjadi peserta uji klinis?
Yang boleh ikut uji klinis hanya orang yang memiliki kartu tanda penduduk Kota Bandung. Walaupun tinggal di Bandung, kalau tidak…
Keywords: Universitas Padjadjaran | Unpad, Virus Corona, Covid-19, Vaksin Covid-19, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…