Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia Unifah Rosyidi: banyak Guru Tak Siap Pembelajaran Jarak Jauh

Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-08-15 / Halaman : / Rubrik : WAW / Penulis :


KEPUTUSAN Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim menerapkan pembelajaran jarak jauh selama pandemi Covid-19 berbuntut panjang. Kebijakan itu telah membuat banyak guru, terutama di daerah, kelabakan dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar secara daring (online). “Mereka tidak siap dan bingung,” kata Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi dalam wawancara khusus dengan Tempo, Selasa, 11 Agustus lalu.
Selain menghadapi kendala akses Internet dan gagap teknologi, para guru mengeluhkan ketidaktahuan akan metode pembelajaran jarak jauh yang efektif. Dalam banyak kasus di daerah, kegiatan transfer ilmu tidak melibatkan interaksi langsung antara guru dan siswa. Komunikasi berlangsung searah karena guru memilih menyampaikan materi dan tugas lewat aplikasi pesan instan yang lebih murah.
Unifah, 58 tahun, mengatakan persoalan pembelajaran jarak jauh makin pelik karena pemerintah tak segera menyediakan kurikulum khusus untuk masa pandemi. Akibatnya, guru harus memenuhi standar kompetensi dasar siswa di tengah keadaan tak normal. “Kami sudah meminta Kementerian membuatkan kurikulum sekolah era pandemi sejak Maret lalu,” ujarnya.
Unifah menerima wartawan Tempo, Mahardika Satria Hadi dan Nur Alfiyah, di kantornya. Ibu dua anak yang tahun lalu dikukuhkan menjadi guru besar Universitas Negeri Jakarta ini menceritakan kendala pembelajaran jarak jauh, alasan di balik mundurnya PGRI dari Program Organisasi Penggerak, hingga soal PGRI yang kerap didekati kandidat yang berlaga dalam pemilihan umum.

Bagaimana evaluasi PGRI terhadap pelaksanaan pembelajaran jarak jauh?
Ada beberapa problem besar. Mungkin hanya 60 persen wilayah yang terjangkau jaringan Internet. Belum lagi berbicara tentang kondisi sosial-ekonomi masyarakat. Ketidakmerataan antara daerah perkotaan dan perdesaan, antar-daerah perdesaan, bahkan di provinsi besar masih nyata terjadi. Ada juga faktor kesiapan guru.
Seberapa siap guru di daerah melaksanakan pembelajaran daring?
Selama ini mainstream kita adalah pembelajaran langsung. Kita hampir tidak pernah melatih guru menggunakan pembelajaran jarak jauh. Bagaimana guru harus menguasai gawai, memahami substansi, merancang pembelajaran yang berkualitas dengan interaksi yang minim antara guru dan siswa. Ini yang sering disorot.
Bagaimana reaksi guru di daerah saat Menteri Nadiem mengumumkan kebijakan belajar dari rumah, Maret lalu?
Mereka tidak siap dan bingung. Banyak yang mengeluh tidak tahu bagaimana itu pembelajaran jarak jauh. Akses Internet juga enggak ada.
Dalam praktiknya, banyak siswa mengeluhkan tugas yang menumpuk dan waktu pengerjaan yang singkat. Seperti apa yang terjadi di lapangan?
Betul sekali. Para guru umumnya tak pernah diberi pelatihan tentang pembelajaran jarak jauh yang efektif. Dalam banyak kasus, guru dan siswa hanya berkomunikasi lewat pesan WhatsApp supaya menghemat kuota Internet. Itu paling murah, kan. Tapi guru tak bisa mengecek keterlibatan siswa. Kalau kita ingin pembelajaran jarak jauh berjalan efektif, setidaknya perlu tiga hal, yaitu infrastruktur Internet, kesiapan dan kurikulum yang memadai, serta kebijakan yang terfokus.
Apakah Kementerian tidak pernah mengkomunikasikan kebijakan belajar dari rumah dengan PGRI?
Komunikasi publik Kementerian sekarang menjadi catatan kami. Kami selalu mengingatkan, pendidikan tidak bisa sendiri. Pendidikan harus mendengar. Pendidikan tidak bisa elitis, hanya dipotret dari Jakarta. Tapi barangkali (Menteri Nadiem) belum sempat bertemu dengan kami karena banyak urusan. Tapi, bagi kami, diajak atau tidak diajak tidak menjadi persoalan penting.
Apa bentuk dukungan PGRI terhadap para guru yang menghadapi kendala?
Pada April lalu, kami mengumpulkan para pengurus PGRI untuk membuat pusat krisis. Tujuannya untuk membantu masyarakat, orang tua, khususnya guru. Banyak guru yang kesulitan secara ekonomi karena berstatus honorer. Kami menggalang dana untuk mereka. Lalu dengan PGRI Smart Learning and Character Center yang ada sampai di kabupaten/kota, kami membantu para guru membuat pelatihan yang dibutuhkan dalam konteks belajar jarak jauh.
Materi…

Keywords: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan | KemendikbudPersatuan Guru Republik Indonesia | PGRIMuhammadiyahPGRI (Persatuan Guru RI)Nahdlatul Ulama | NUNadiem Anwar MakarimProgram Organisasi Penggerak Kementerian PendidikanNadiem MakarimBelajar di
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…