Ada Kekosongan Figur Pemimpin Islam

Edisi: Edisi / Tanggal : 2020-11-21 / Halaman : / Rubrik : WAW / Penulis :


PURNATUGAS sebagai wakil presiden tak membuat kesibukan Muhammad Jusuf Kalla berkurang. Menjabat Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) dan Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), ia menghadiri banyak kegiatan di dalam dan luar negeri. Ia bersama anggota Dewan Juri Zayed Award for Human Fraternity melawat ke Vatikan untuk menemui Paus Fransiskus pada 23 Oktober lalu. Ia juga berkunjung ke Arab Saudi untuk membahas kelanjutan pembangunan Museum Internasional Sejarah Rasulullah SAW di Ancol, Jakarta Utara. “Saya sekalian umrah dengan sangat terbatas,” kata Kalla, 78 tahun, dalam wawancara khusus dengan Tempo di kediamannya di Jakarta Selatan, Rabu, 18 November lalu.
Kalla hanya rehat beberapa hari setelah tiba di Tanah Air sebelum kemudian terbang ke Manokwari, Papua Barat; dan Jayapura, Papua, pada 13-14 November lalu. Di kedua kota itu, ia mengunjungi markas PMI dan melantik pimpinan wilayah DMI. Kalla juga bertemu dengan para tokoh agama untuk membicarakan cara memajukan Papua dan menyelesaikan konflik. Politikus kawakan yang menjadi wakil presiden di era Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009) dan Joko Widodo (2014-2019) itu mengatakan masalah Papua dapat diselesaikan lewat jalan dialog. Dengan pengalaman mendamaikan Aceh, Kalla yakin konflik di Papua bisa diakhiri.
Meski tidak lagi aktif tampil di panggung politik, Kalla tetap mengikuti sederet peristiwa hangat yang sedang diperbincangkan publik. Ia, misalnya, menanggapi kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam, Muhammad Rizieq Syihab, dari Arab Saudi. Menurut dia, kembalinya Rizieq yang disambut ingar-bingar ribuan pendukungnya di tengah pandemi patut mendapat perhatian. Ia mengatakan Rizieq telah mengisi kekosongan pemimpin Islam akibat absennya figur yang menyuarakan amar ma’ruf nahi munkar. “Di situ Habib Rizieq masuk dengan jumlah pengikut yang luar biasa besar,” ujarnya.
Kepada wartawan Tempo, Anton Septian, Mahardika Satria Hadi, Raymundus Rikang, Khairul Anam, dan Aisha Shaidra, Kalla, yang didampingi juru bicaranya, Husain Abdullah, menjelaskan pertemuannya dengan Paus Fransiskus, tanggapannya atas kepulangan Rizieq Syihab, juga persoalan Papua. Kalla pun mengemukakan alasan pemerintah memilih Patimban di Subang, Jawa Barat, sebagai lokasi pembangunan pelabuhan terbesar setelah Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Bagaimana Anda melihat dinamika yang terjadi setelah Rizieq Syihab kembali ke Indonesia?
Ada kekosongan kepemimpinan di umat Islam apabila berbicara tentang ideologi atau amar ma’ruf nahi munkar. Partai-partai Islam yang wasathiyah, moderat, diharapkan mengusung itu, tapi semuanya pragmatis saja. Nahdlatul Ulama tentu sangat sibuk dengan dakwah dan upaya sosial. Begitu pun Muhammadiyah. Tapi upaya mengisi kepemimpinan boleh dibilang berkurang. Di situ Habib Rizieq masuk. Jumlah pengikutnya menjadi luar biasa. Kita sendiri juga terkejut kenapa ini tiba-tiba terjadi. Kita tentunya harus mengkonsolidasi organisasi-organisasi lain supaya bisa ada (figur) alternatif.
Dulu peran itu ada di tangan Anda, yang bisa merangkul kelompok keagamaan tapi juga cair secara politik. Apakah kekosongan yang Anda maksud seperti itu?
FPI kan sudah lama ada. Tiba-tiba puncaknya sekarang ini, kalau kita lihat dari segi massa. Kita tidak mengatakan massa telah berubah. Ini perlu ada satu pemikiran baru. Kita jangan hanya asyik berdakwah, tapi juga menyuarakan amar ma’ruf nahi munkar. Ini karena kita asyik berpolitik, akhirnya ada kekosongan yang diisi oleh Habib Rizieq.
Siapa yang patut disalahkan atas keadaan ini?
Tidak ada yang salah. Saya tidak mengatakan salah. Tapi organisasi-organisasi Islam perlu juga tetap bergerak dalam bidang amar ma’ruf nahi munkar.
Anda menganggap kepulangan Rizieq yang disambut ribuan orang itu fenomena mengkhawatirkan?
Selama dia bergerak dalam damai, saya kira kita tidak perlu khawatir. Hanya, salahnya karena itu terjadi saat pandemi. Dulu aksi 411 dan 212 (Aksi Bela Islam II dan III) tidak ada yang salah. Itu kan massa yang sama. Jauh lebih besar massa aksi 212 dibanding kemarin. Tapi, masalahnya, yang dilanggar adalah protokol kesehatan dan Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan, pembatasan sosial berskala besar, sehingga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sampai dipanggil (Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya) untuk dimintai klarifikasi.
Anda dikenal cukup dekat dengan Anies Baswedan. Anda sempat menjalin komunikasi dengan Anies tentang peristiwa itu?
Saya bicara tapi cuma bilang, “Apa yang Anda bikin?”, karena di situ dikatakan ada pengantin. Dia tidak hadir dalam pernikahannya (putri Rizieq). Sebagai orang yang mendukungnya pada waktu pemilihan gubernur, pantas saja dia (Anies) untuk itu (menemui Rizieq). Salahnya kan karena banyak orang, ada kerumunan.
Ketika berkomunikasi dengan Anda, apakah Anies mengatakan ada motif politik di balik pemanggilannya oleh Polda Metro Jaya?
Sebagaimana disampaikan Anies, dia ditanyai tentang aturan apa saja yang dibuat oleh pemerintah daerah dan dilanggar. Bukan berarti dia dianggap…

Keywords: Jusuf KallaFront Pembela Islam | FPIAnies BaswedanJokowiRizieq Syihab
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…