Ugo Dan Laku Menggambar
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-01-09 / Halaman : / Rubrik : LAPSUS / Penulis :
RUANG pamer seni rupa berubah. Kita tak lagi berada di dalam satu ruang nyata bersama karya-karya yang dipamerkan. Kita menonton pameran di depan layar komputer, laptop, atau telepon seluler—suka atau tak suka. Maka sejumlah hal yang berkaitan dengan aktivitas melihat karya seni rupa pun hilang bersama ruang nyata (yang berubah menjadi ruang virtual). Kita tak melihat langsung karya yang dipamerkan; kita melihatnya sesuai dengan kamera yang memvirtualkan pameran tersebut.
Lalu adakah cara berpameran virtual, yang seolah-olah nyata tapi berbeda, yang menjamin kita melihat karya seni rupa sebagaimana dalam pameran ruang nyata? Yang jelas, dari segi fisik, karya tak lagi sesuai dengan yang sebenarnya—ukuran, warna, dan segala elemen kesenirupaan. Dari satu hal ini saja, betapapun sempurna, hampir mustahil teknologi virtual membawa kita hadir seperti di ruang pameran nyata. Lagi pula, seandainya memang mungkin kita hadir di ruang pameran nyata secara virtual, satu hal mustahil disingkirkan: kesadaran kita bahwa kita menonton pameran secara virtual.
Maka ada satu hal yang tak terhindarkan dalam memilih pameran (tunggal) terbaik 2020 versi majalah Tempo. Para juri (tim Tempo plus saya) mau tak mau perlu mempertimbangkan hal kevirtualan itu. Memang, tak semua pameran seni rupa di era pandemi Covid-19 tahun lalu adalah pameran virtual. Masih ada pameran di ruang nyata, juga yang disajikan dalam dua platform: nyata dan virtual. Bisa saja karya terlihat tidak menarik dalam pameran virtualnya karena teknologi yang digunakan tidak pas, kamera tidak bekerja sempurna, dan sebagainya. Jadi?
Ugo Untoro dalam pameran atau proyek menggambar dan menghapus bertajuk Penghormatan kepada Papan Tulis, 26 September 2020. HadiArt Platform
Pada kenyataannya, tidak mudah menjumpai pameran virtual seni rupa yang menyajikan karya sedemikian rupa sehingga kita tidak ragu menilainya. Pameran di ruang nyata dan pengunjung hadir secara fisik di ruangan tersebut. Dua hal itu sudah dengan sendirinya ada dalam benak para perupa dan siapa pun yang terkait dengan kegiatan pameran. Pandemi Covid-19 mengguncangkan “tradisi” itu. Museum dan galeri seni rupa ditutup sementara. Art fair, Art Basel Hong Kong misalnya, tahun lalu ditiadakan, diganti pameran online—sebutan lain untuk pameran virtual. Di beberapa kota yang dirasa aman, perhelatan semacam tetap dilangsungkan. Art Plus Shanghai, Armory Show di New York, dan Bangkok Art Biennale 2020 contohnya.
Dalam kaitan dengan pameran online, Art Basel bersama lembaga keuangan UBS mengadakan survei di tiga tempat—Inggris, Amerika Serikat, dan Hong Kong—pada sekitar pertengahan tahun lalu dengan lebih-kurang 790 galeri dan 360 kolektor pilihan. Kesimpulan survei secara garis besar: penjualan secara online diminati juga oleh para kolektor, tapi dalam jumlah dan nilai di bawah penjualan di ruang pameran nyata. Sebagian besar kolektor lebih bisa meyakini untuk mengoleksi atau tidak mengoleksi suatu karya setelah melihat…
Keywords: Tokoh Seni Pilihan, 
Foto Terkait
Artikel Majalah Text Lainnya
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…