Kita Tidak Bisa Mengharapkan Pemerintah
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-02-06 / Halaman : / Rubrik : WAW / Penulis :
PANDEMI Covid-19 yang sudah berlangsung hampir satu tahun mengancam kelangsungan kesenian tradisional. Para seniman yang selama ini bergantung pada pementasan sangat terpukul karena sepinya pengunjung dan tanggapan. Tanpa penghasilan dari berkesenian, banyak seniman yang tinggal di desa beralih profesi menjadi petani, pedagang, dan pengojek daring. Bantuan sosial dari pemerintah jauh dari cukup untuk menopang hidup mereka, apalagi untuk terus berkesenian. “Kita tidak bisa mengandalkan bantuan itu akan mendukung kehidupan seniman,” kata etnomusikolog dan budayawan Endo Suanda dalam wawancara khusus dengan Tempo lewat konferensi video, Rabu, 3 Februari lalu.
Sejak pemerintah memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat, pementasan seni tradisional terhenti. Di Bali, misalnya, suara cak-cak yang biasa menggema dari penari kecak di panggung pertunjukan sejumlah destinasi wisata tak lagi terdengar sejak akhir Maret 2020. Di Jawa Barat, Saung Angklung Udjo di Kota Bandung terancam bangkrut karena sepi pengunjung. Saung angklung yang berdiri sejak 1966 itu selama ini menjadi destinasi wisata budaya dan edukasi yang memiliki arena pertunjukan, pusat kerajinan bambu, dan bengkel kerja pembuatan alat musik bambu.
Menurut Endo, 73 tahun, tidak mudah bagi seniman tradisional beradaptasi dengan situasi pandemi. Tak banyak seniman tradisional yang bisa cepat mengakrabi teknologi dan beralih ke wahana digital untuk berkarya. Mereka yang mampu beradaptasi dengan dunia online tetap dapat berkesenian sembari meraup pundi-pundi rupiah. “Tapi mereka yang mungkin tidak terlalu melek teknologi karena pendidikannya rendah, visi atau gagasan barunya juga terbatas, terpaksa bekerja di luar kesenian,” tutur Endo, yang delapan tahun terakhir menggeluti pembuatan alat musik berbahan bambu.
Kepada wartawan Tempo, Sapto Yunus dan Mahardika Satria Hadi, Endo mengungkapkan dampak pandemi terhadap para seniman tradisi di Jawa Barat dan daerah lain. Menjadi pelatih dan pengajar seni tradisional di sejumlah kampus, Endo juga berbagi kisah mengenai pengaruh teknologi digital terhadap seni tradisional, pentingnya masa kritis bagi kelangsungan kegiatan kesenian, hingga usahanya mengembangkan alat musik dari bambu yang telah dipakai beberapa musikus ternama.
Sejumlah seni tradisional terpuruk akibat pandemi Covid-19. Bagaimana para seniman dapat bertahan menghadapi dampak pandemi?
Saung Angklung Udjo adalah contoh kasus yang paling bagus karena merupakan sebuah kumpulan yang saya kira paling maju di Jawa Barat. Mereka memproduksi alat musik, membuat semacam toko suvenir, mendatangkan turis, punya program-program pendidikan, workshop, dan display yang begitu luas. Saung Angklung Udjo salah satu yang paling lama berdirinya. Yang sudah luar biasa sekali pun sekarang terkena dampak pandemi yang sangat berat.
Apa yang membuat Saung Angklung Udjo terancam bangkrut?
Persoalan yang mendasar saya kira hanya satu, yaitu tidak ada pembeli dan pendatang. Padahal itu sumber yang paling utama bagi mereka. Saung Angklung Udjo bergantung terutama pada pelayanan di tempat. Selama ini orang-orang datang ke sana untuk nonton. Berbeda dengan dalang, misalnya, yang ditanggap ke mana-mana. Semoga ada uluran tangan dari banyak pihak, termasuk pemerintah daerah ataupun pusat.
Dengan pengunjung yang makin sedikit, apa solusi yang bisa ditempuh khususnya oleh para pemain angklungnya?
Mungkin satu-satunya cara adalah layanan online. Apakah itu berupa semacam pelatihan, workshop pembelajaran, atau jadi tontonan berupa program online. Tapi kita…
Keywords: Covid-19, Musik tradisi, Endo Suanda , 
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…