Ini Bukan Kudeta Militer Biasa
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-03-06 / Halaman : / Rubrik : WAW / Penulis :
DARI tempat persembunyiannya di Australia, Pemimpin Redaksi Myanmar Now Swe Win memantau keadaan rekan-rekannya yang meliput unjuk rasa nasional menentang kudeta militer di Myanmar. Mereka rutin berkomunikasi lewat aplikasi Zoom dan aplikasi pesan instan Signal. "Saya berusaha mengelola newsroom seperti biasa, bahkan lebih dari biasanya pada hari-hari belakangan ini," ucap Swe Win, 41 tahun, dalam wawancara khusus dengan Tempo, Selasa, 23 Februari lalu.
Swe Win tak mengira ia dan keluarganya bakal menetap cukup lama di Negeri Kanguru. Ia semula hanya ingin pergi sementara dari Yangon, Myanmar, setelah beberapa kali dirisak dan diserang kelompok yang ia yakini berhubungan dengan intelijen militer dalam lima tahun terakhir. Sebagai pemimpin media independen yang memberitakan isu-isu sensitif secara mendalam dan kritis, dia kerap menjadi sasaran. Medianya antara lain menulis laporan investigasi perihal pembunuhan advokat muslim dan penasihat Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), Ko Ni, yang ditembak selepas kunjungan ke Aceh pada 29 Januari 2017. Ia juga digugat karena membuat tulisan yang mengkritik biksu radikal, Ashin Wirathu, yang memuji pelaku pembunuhan. Puncaknya, ia diserang sekelompok orang ketika berlibur bersama anak, istri, dan koleganya pada Desember 2019.
Ia sebenarnya ingin memboyong keluarganya pulang selepas masa pemilihan umum nasional Myanmar pada Oktober-Desember tahun lalu. Ia memperkirakan situasi politik bakal kacau selama periode itu. Namun ternyata ia terjebak lockdown karena pandemi Covid-19. Swe Win makin tak memiliki alasan kuat untuk kembali ke Myanmar setelah prediksinya tentang kekacauan politik pasca-pemilu terbukti. "Kami pernah membuat analisis bahwa militer akan melancarkan kudeta," ucapnya.
Sejak 2 Februari lalu, sehari setelah kudeta militer, unjuk rasa dan pembangkangan sipil terus merebak di Myanmar. Junta militer merespons aksi damai itu dengan tangan besi. Aparat memukuli dan menembaki para pemrotes dan menewaskan puluhan korban. Bentrokan pecah di mana-mana. Tentara dan polisi telah menahan ratusan orang, dari aktivis hingga jurnalis. Rabu, 3 Maret lalu, merupakan hari paling berdarah. Sedikitnya 38 pengunjuk rasa tewas akibat bentrok dengan aparat. "Militer berusaha menanamkan rasa takut di masyarakat," tutur Swe Win, yang menugasi 35 jurnalisnya.
Kepada wartawan Tempo, Iwan Kurniawan, Mahardika Satria Hadi, dan Gabriel Wahyu Titiyoga, Swe Win menceritakan junta militer cukup lama mempersiapkan kudeta untuk menggulingkan pemerintahan sipil yang dinakhodai oleh Aung San Suu Kyi. Menguatnya popularitas NLD yang dipimpin Suu Kyi selepas memenangi pemilu membuat pemimpin militer Jenderal Min Aung Hlaing gerah. Menurut Swe Win, kudeta militer telah menyeret Myanmar, yang sedang menjalani transisi demokrasi, kembali ke era diktator.
Mengapa junta militer melancarkan kudeta terhadap pemerintah terpilih Myanmar?
Berdasarkan analisis kami, ada tiga alasan di balik kudeta itu. Pertama, meski mengontrol kekuasaan dan sektor ekonomi, militer sebenarnya kehilangan rasa hormat dan ketakutan yang begitu dinikmati di masa lalu. Sebelum transisi politik, banyak orang takut terhadap militer. Sekarang kami bisa mengkritik mereka. Militer kehilangan pengaruh dan privilese. Jadi mereka mau mendapatkannya kembali.
Apa alasan lainnya?
Kedua, pemimpin militer sekarang mendapatkan posisinya bukan lewat kudeta. Dia hanya mewarisi kekuasaan dari pemimpin sebelumnya yang menjadi…
Keywords: Aung San Suu Kyi, Kudeta Militer Myanmar, Junta Militer Myanmar, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…