Dua Misi Rubrik Seni

Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-03-06 / Halaman : / Rubrik : LAPSUS / Penulis :


PERNAH ada survei pembaca Tempo. Beberapa kali. Pada masa Leila S. Chudori menjadi reporter di Tempo—kini dia sudah pensiun—halaman survei itu dicetak berlembar-lembar di bagian tengah majalah, menanyakan pendapat pembaca tentang kualitas berbagai rubrik yang disajikan Tempo. Setelah dihitung, hasil survei beberapa kali itu selalu sama: pembaca rubrik Seni sedikit. Begitu yang diingat Leila. Bambang Bujono, mantan redaktur pelaksana kompartemen Seni Tempo, samar-samar ingat angkanya. Hanya sekitar 3 persen pembaca Tempo yang melirik halaman resensi seni. “Menurut kriteria bisnis, dengan angka pembaca cuma 3 persen, rubrik itu patut dihilangkan,” kata Bambang Bujono ketika ditelepon pada Selasa, 2 Maret lalu. “Di rapat direksi, rubrik Seni selalu jadi bahan debat. Tapi akhirnya selalu dipertahankan.”
Halaman sepi pembaca ini telah ada sejak pertama kali majalah Tempo terbit pada 6 Maret 1971. Artikel seni pertama Tempo mengulas pertunjukan tari di Teater Arena Taman Ismail Marzuki, Jakarta, oleh tiga perempuan: Farida Sjuman, Hoeriah Adam, dan Julian. Tak seperti standar tulisan jurnalistik umumnya, halaman Seni Tempo memadukan informasi peristiwa dan wawancara narasumber dengan amatan, bahkan kritik, terhadap karya seni. Dalam artikel berjudul “Trio Wanita Itu”, misalnya, tertulis: “Komposisi sudah berjalan enak dan ringan, asal saja tidak kelewat panjang. Sebab, tidak semua variasi yang dibuat Hoeriah berhasil: beberapa keteplak rebana yang sendirian terdengar cemplang, dan orang boleh mengira si penari salah hitung. Sayang disayang.” Hingga setengah abad kemudian, pakem ulasan seni seperti ini masih dipertahankan.

Lukisan Palsu Sang Maestro
Redaktur Pelaksana Seni & Intermezzo Tempo saat ini, Seno Joko Suyono, merumuskan formulanya kira-kira 50 : 50, yakni 50 persen berupa reportase serta wawancara dan setengah porsi lain untuk analisis atas materi karya seni. Garis pandu berikutnya adalah penulis seni Tempo tetap perlu memposisikan diri sebagai wartawan dan sebisa mungkin menghindari istilah teknis seni tertentu. “Bayangkan bahwa tulisan itu dapat dibaca oleh pembaca umum, selain…

Keywords: Goenawan MohamadFestival FilmTokoh Seni Pilihan
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…