Masih Banyak Isu Belum Disentuh Kartunis Asia Tenggara
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-05-15 / Halaman : / Rubrik : WAW / Penulis :
SETELAH sekitar enam tahun memimpikan pameran kartun se-Asia Tenggara yang mengangkat isu hak asasi manusia, Zulkiflee Anwar Ulhaque atau Zunar, 58 tahun, akhirnya dapat mewujudkannya. Kartunis Malaysia yang dikenal karena keberaniannya mengkritik pemerintah itu mengajak kartunis serumpun menyuarakan berbagai persoalan kekerasan, represi, dan pembatasan kemerdekaan berpendapat di negara masing-masing. ASEAN Human Rights Cartoon Exhibition, pameran tersebut, berlangsung secara virtual sepanjang Mei ini. Di sana dipamerkan 100 karya dari 37 kartunis asal Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Myanmar.
Dari Indonesia, misalnya, muncul karikatur bergambar sebongkah tengkorak dengan timbunan emas di matanya, sementara di pucuk kepalanya berjubel ratusan orang berwajah merana. Karya Tommy Thomdean ini diberi judul Save Papua: Is There Profit over Human Rights?. Sementara itu, kartunis Thailand, Erdy, menggambar sebuah tangan dengan borgol bertulisan “112”. Section 112 dalam hukum Thailand adalah aturan yang menerabas siapa pun yang dianggap menghina raja dan keluarganya. Kartunis lain juga menyoroti persoalan pengekangan media, impunitas aparat, dan pembunuhan di luar hukum. Situasi di Myanmar menjadi sorotan khusus dalam pameran. Sebuah sesi pameran bernama The ASEAN Human Rights Cartoon Exhibition Solidarity Gallery dihadirkan untuk karya-karya karikatur yang mendukung rakyat Myanmar, yang sejak 1 Februari lalu berada di bawah kekuasaan militer.
Di tengah penyelenggaraan pameran, Zunar juga berhadapan dengan ancaman kebebasan berekspresi dari negaranya sendiri. Dia terancam melanggar hukum komunikasi dan multimedia serta Kanun Keseksaan (Penal Code) Malaysia untuk sebuah kartunnya di Facebook yang menggambarkan Menteri Besar Kedah Muhammad Sanusi Md. Nor membelah empat orang, yang merepresentasikan empat kelompok ras, dengan sebuah golok. Sesungguhnya Zunar sudah kenyang akan tindakan represif negara atas karya seninya. Dia pernah didakwa atas sembilan tuduhan sekaligus terkait dengan pasal penghasutan terhadap pemerintah dengan ancaman hukuman penjara 43 tahun. Dia juga pernah dicegah bepergian ke luar Malaysia setelah menerima Cartooning for Peace Prize dari Kofi Annan di Swiss pada 2016. Namun Zunar tak pernah gentar. “Why pinch when you can punch?” adalah prinsip yang ia pegang dengan kuat.
Lewat wawancara virtual pada Selasa, 4 Mei lalu, bersama awak redaksi majalah Tempo, Zunar berbagi cerita tentang penyelenggaraan pameran, kebebasan berekspresi, dan perkembangan kartun politik di negara-negara Asia Tenggara.
Bagaimana ASEAN Human Rights Cartoon Exhibition ini bermula?
Ide mengadakan sebuah pameran yang melibatkan kartunis se-Asia Tenggara ini sudah saya kemukakan lima-enam tahun yang lalu. Ide awalnya adalah pameran fisik, bisa di Kuala Lumpur atau Jakarta. Namun untuk mewujudkannya perlu banyak sekali biaya. Kami sudah menghubungi sejumlah lembaga dan NGO (lembaga swadaya masyarakat), terutama yang bergerak di bidang kebebasan berekspresi, tapi akhirnya gagal mendapatkan biaya yang diperlukan. Tahun lalu saya terpikir bagaimana kalau diadakan secara online. Biayanya mungkin tidak banyak dan tidak perlu juga mengundang kartunis untuk datang langsung.
Barangkali Covid-19 ini blessing in disguise (tertawa) karena kita dapat lebih kreatif mengusahakan sesuatu yang dampaknya sama tapi dengan biaya minim.
Usaha mengadakan pameran dimulai pada September dengan mengontak teman-teman kartunis lewat telepon dan e-mail. Untuk di Jakarta cukup…
Keywords: Seni Kontemporer, Seni Rupa, Zunar, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…