Brin Membutuhkan Dukungan Politik

Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-05-22 / Halaman : / Rubrik : WAW / Penulis :


SEJAK dilantik sebagai Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 28 April lalu, Laksana Tri Handoko segera berkonsolidasi. Saban hari, baik secara tatap muka maupun virtual, ia menyambangi para pejabat dan pegawai lembaga-lembaga riset utama untuk menjelaskan ihwal BRIN yang menjadi badan riset tunggal di Indonesia. "Banyak yang menanyakan, ‘Ini nanti kita jadi gimana, sih’," kata Handoko, 53 tahun, dalam wawancara khusus dengan Tempo di Lantai 24 Gedung B.J. Habibie, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa, 11 Mei lalu.
Pemerintah akhirnya memisahkan BRIN dari Kementerian Riset dan Teknologi dua tahun setelah rencana itu digagas mantan Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro. BRIN menjadi lembaga yang berada langsung di bawah Presiden, sementara Kementerian Riset dan Teknologi dilebur ke dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. BRIN menjadi wadah tunggal yang menaungi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, yang sebelumnya menginduk di Kementerian Riset dan Teknologi, juga berada di bawah BRIN.
Handoko mengawali konsolidasi dari LIPI, lembaga yang ia pimpin tiga tahun terakhir. Lembaga riset tertua dan terbesar di Tanah Air itu merasakan langsung tangan dingin ilmuwan lulusan Jepang ini dalam transformasi menjadi lembaga riset yang lebih efektif, efisien, dan produktif. Handoko mengakui resistansi internal, termasuk dari sederet kolega peneliti, cukup keras pada masa awal pembenahan LIPI. "Sekarang enggak jadi problem. Mereka happy dan paham, 'Oh, iya, memang benar anak itu (Handoko)'. Kan, saya masih muda dibanding mereka," ujarnya, tergelak.
Kepada wartawan Tempo, Sapto Yunus dan Mahardika Satria Hadi, Handoko menjelaskan upayanya mengintegrasikan lembaga-lembaga riset utama, strategi pengembangan riset dan inovasi di bawah BRIN, diaspora peneliti, hingga pentingnya peran riset sektor swasta. Ia juga menanggapi kekhawatiran banyak pihak terhadap potensi politisasi BRIN.

BRIN menaungi lembaga-lembaga riset besar yang telah mapan. Bagaimana Anda memastikan koordinasi antar-lembaga riset tersebut berjalan lancar?
Kami sedang berproses. Khususnya kami konsolidasikan anggaran dulu karena itu titik paling awal. Saat ini kami fokusnya konsolidasi eks Kementerian Riset dan Teknologi dan empat LPNK (lembaga pemerintah non-kementerian), yaitu LIPI, BPPT, Batan, Lapan, termasuk Lembaga Eijkman.
Setelah dilebur ke dalam BRIN, apakah lima lembaga riset tersebut akan tetap mempertahankan entitas masing-masing?
Yang penting tugas-fungsinya masih berjalan. Entitas itu masalah branding. Itu bisa dibuat, lah, tidak jadi masalah. Yang penting kami mengubah proses bisnis supaya yang tadinya sumber daya riset, infrastruktur, dan anggaran ada di mana-mana menjadi satu dulu karena itu masalah fundamentalnya.
Seperti apa posisi setiap lembaga riset dalam struktur baru BRIN?
Kami merencanakan mereka menjadi organisasi nonstruktural sehingga basisnya fungsional. Dengan begitu, mereka bisa berfokus ke riset saja.
Bagaimana nasib para kepala lembaga riset tersebut?
Saya mau open bidding untuk semua supaya fair. Jadi, tidak ada kapling-kaplingan. Saya tahu mereka semua profesional. Kalau ada yang mau ikut lagi, silakan, kami terbuka.
Apakah ada penolakan dari pejabat ataupun pegawai di lima lembaga riset tersebut?
Sejauh ini saya belum melihat ada penolakan, tapi banyak yang menanyakan, “Ini nanti kita jadi gimana, sih.” Ini kan statusnya ASN (aparatur sipil negara). Memangnya saya enggak sedih karena menjadi Kepala LIPI terakhir, misalnya.
Berapa jumlah peneliti yang tergabung dalam BRIN?
Kalau total pegawainya sekitar 10 ribu dari lima lembaga. Penelitinya hampir 6.000 orang.
Bagaimana gambaran dunia riset dan inovasi Tanah Air di bawah…

Keywords: Menteri Riset dan TeknologiLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)BPPTEijkmanNational Nuclear Agency (Batan)Badan Riset dan Inovasi Nasional | BRINLaksana Tri Handoko
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…