Dalam Tiga Masa Krisis
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-07-31 / Halaman : / Rubrik : OBI / Penulis :
MENGENANG Christianto Wibisono sejauh yang saya kenal, saya perlu menerawang lagi kiprahnya pada akhir 1980-an dan pada 1990-an. Ketika itu saya aktif menulis dan melakukan banyak dialog publik secara nasional dan sesekali bertemu dengan Mas CW—demikian sapaan akrabnya—dalam forum diskusi bersama. Saat itu nama CW dikenal luas sebagai pakar dan analis bidang ekonomi politik karena ulasan-ulasannya yang bernas di media massa, terutama harian Kompas.
CW meneliti banyak masalah bisnis dan korporasi serta kaitannya dengan politik. Aspek lingkungan eksternal politik dari ulasan-ulasannya cukup kental. Maklum, CW memang qua akademikus lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia—dulu Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan.
Tapi yang menarik adalah ekonom Sjahrir dalam tulisannya, “Pakar Ekonomi, Kebijakan Ekonomi dan Ekonomi Politik” (Perempuan, Politik dan Jurnalisme: Tujuhpuluh Tahun Toety Azis, Yayasan Padi dan Kapas, 1994), memasukkan CW ke daftar 26 pakar ekonomi nasional bersama nama besar lain. Yang kini juga sudah wafat antara lain Sumitro Djojohadikusumo, Sjahrir, Sarbini Sumawinata, Suhadi Mangkusuwondo, Hadi Soesastro, Pande Raja Silalahi, Soeharsono Sagir, Dawam Rahardjo, The Kian Wie, dan Frans Seda. Di antara para pakar senior tersebut, yang masih aktif sampai sekarang antara lain Rizal Ramli, Mari Pangestu, Djisman Simandjuntak, dan Kwik Kian Gie. Sjahrir menulis bahwa para pakar ekonomi tersebut dinilai berpengaruh besar dalam diskursus nasional tentang ekonomi-politik karena banyak menulis di media massa nasional dan memberikan respons serta kritik terhadap…
Keywords: Obituari, Covid-19, Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Majalah Tempo, Christianto Wibisono, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…