Yang Buntung Di Natuna Utara
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-08-28 / Halaman : / Rubrik : LIN / Penulis :
HENDRI, 50 tahun mengenang masa-masa emas nelayan di Natuna, Kepulauan Riau, pada periode sebelum 2010. Kala itu, ikan berlimpah dan harga jualnya bagus karena pasar terbuka ke Kota Tanjungpinang, Batam, dan Pontianak, bahkan sampai ke Singapura dan Malaysia. Menurut Ketua Aliansi Nelayan Natuna itu, semuanya perlahan berubah setelah kapal nelayan asing berdatangan dengan jaring pair trawl yang merusak terumbu karang.
Sempat menghilang pada 2014, kapal nelayan dari Vietnam itu kembali marak pada akhir 2019. Jaring pair trawl mengubah drastis keberuntungan nelayan Natuna dan membuat penghasilan mereka turun lebih dari 50 persen. Tapi mereka tak punya pilihan untuk berganti pekerjaan. "Mau tidak mau ke laut meski hasilnya sedikit," kata Hendri, tekong Kapal Motor Tri Putra Bahari, kapal pancing berukuran 6 gross tonnage.
Soal tangkapan ikan yang berkurang tak hanya dikeluhkan nelayan Natuna, tapi juga para penangkap ikan yang tinggal di pantai timur Malaysia. Pair trawl—ada yang menyebutnya pukat harimau yang ditarik dengan dua kapal—menyapu lautan hingga ke dasar. Jaring yang dikategorikan tidak ramah lingkungan ini tidak hanya membuat ikan-ikan kecil tertangkap, terumbu karang yang menjadi rumah dan tempat berkembang biak ikan pun tak selamat.
Pengejaran kapal ikan Vietnam di perairan Laut Natuna Utara, 27 April 2021. Dok. Direktorat PSDKP Kementerian Kelautan dan Perikanan
Liputan kolaborasi oleh jurnalis Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Filipina ini menemukan bahwa apa yang dialami nelayan Natuna tersebut merupakan dampak aktivitas yang di dunia internasional disebut illegal, unreported, and unregulated fishing—penangkapan ikan ilegal, tak dilaporkan, dan tanpa aturan—di wilayah Laut Cina Selatan.
Produksi ikan Laut Cina Selatan ditaksir 10 juta ton, sekitar 12 persen dari tangkapan global pada 2015. Jumlah ini jauh berkurang dibanding bertahun-tahun sebelumnya. Studi yang dilakukan Rashid Sumaila dan William Cheung dari University of British Columbia, Kanada, menemukan praktik penangkapan ikan yang merusak dan ilegal telah mengosongkan 70-90 persen sumber daya ikan di perairan ini sejak 1950-an.
Menurut Pung Nugroho Saksono, Direktur Pemantauan dan Operasi Armada Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Indonesia menamai Laut Cina Selatan sebagai Laut Natura Utara. Ia menyebut perairan yang menjadi batas sebelas negara ini sebagai "daerah seksi" sehingga menjadi incaran. "(Potensinya) bukan hanya ikan. Banyak minyak," tuturnya, Rabu, 25 Agustus lalu.
•••
KAPAL nelayan Vietnam yang masuk ke Indonesia, juga ke Malaysia, antara lain berasal dari Pelabuhan Tac Cau, Kien Giang, provinsi di barat daya Vietnam. Tinh, 34 tahun, salah satu anak buah kapal seberat 200 ton dari pelabuhan itu. Seperti nelayan laut dalam Vietnam lain, ia bekerja di kapal yang berpasangan dengan satu kapal serupa untuk menarik pair trawl.
Tinh dan awak kapal pasangan ini akan mengembara di laut selama tiga bulan. Setelah ikan sarden, mata besar merah, dan kakap merah mengisi setengah ruang penyimpanan, pemilik kapal akan mengirimkan…
Keywords: Proyek Natuna, Kapal Asing dan Pencurian Ikan, Natuna, Sengketa Laut Natuna, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Indorayon Ditangani oleh Labat Anderson
1994-05-14Berkali-kali lolos dari tuntutan lsm dan protes massa, inti indorayon kini terjerat perintah audit lingkungan…
Bah di Silaut dan Tanahjawa
1994-05-14Dua sungai meluap karena timbunan ranting dan gelondongan kayu. pejabat menuding penduduk dan penduduk menyalahkan…
Daftar Dosa Tahun 1993
1994-04-16Skephi membuat daftar hutan dan lingkungan hidup yang mengalami pencemaran berat di indonesia. mulai dari…