Beban Trauma Peristiwa 1965

Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-10-02 / Halaman : / Rubrik : LAPSUS / Penulis :


“Sesudah puas mereka memperkosa dan saya telah lunglai tak berdaya, mereka beramai-ramai menggiring saya ke jalan dalam keadaan telanjang bulat dan darah mengalir dari kemaluan akibat pemerkosaan itu. Saya diarak berjalan kaki menuju kantor polisi yang berjarak sekitar lima kilometer. Tiba di kantor polisi, mereka mengikat saya di tiang bendera, dengan tetap telanjang bulat, dan darah masih terus mengalir dari vagina.”
ITA Fatia Nadia membacakan petikan pengakuan seorang perempuan korban 1965 dari Medan, Sumatera Utara. Para pemerkosanya menuduh perempuan itu terlibat dalam pembunuhan para jenderal pada 30 September 1965 malam di Jakarta. Dalam sejarah, peristiwa itu dikenal sebagai Gerakan 30 September, G30S. Orde Baru membubuhkan Partai Komunis Indonesia di belakangnya menjadi G30S/PKI.
Petikan cerita mencekam hasil wawancara itu dibacakan Ita di depan Suharti Sumodiwiryo pada 2005. Suharti adalah Ketua Umum Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani), yang populer dengan nama Umi Sardjono. Ita, Ketua Ruang Arsip dan Sejarah Perempuan, baru selesai mengumpulkan cerita perempuan yang dituduh terlibat G30S, dipenjarakan tanpa pengadilan, disiksa, bahkan diperkosa seperti cerita perempuan asal Medan itu. 
Umi menangis mendengarnya. “Itu semua tanggung jawab saya,” ucap Ita menirukan Umi. Pada 1965, Gerwani dituduh terlibat dalam penculikan dan penyiksaan tujuh jenderal Angkatan Darat. Dalam film Pengkhianatan G30S/PKI, aktivis Gerwani digambarkan menyilet jenderal dan berjoget ketika sejumlah tentara menyeret tubuh para jenderal ke sumur tua di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Dari penelusuran Ita, fakta keterlibatan para aktivis Gerwani dalam peristiwa berdarah itu amat sumir dan simpang siur.
Dalam pertemuan dengan Ita selama satu setengah jam itu, Umi menanyakan kabar para sahabatnya. Salah satunya Sudjinah, seorang wartawan yang ditahan bersamanya di penjara perempuan Bukit Duri dan pernah tinggal bersama di panti jompo. Ita lalu memperlihatkan foto X-ray yang menunjukkan rahim Sudjinah pecah karena disodok dengan sebatang besi.
Tangis Umi kembali pecah. “Itu tanggung jawab saya,” tuturnya, kemudian terisak, mengulang kembali kalimat ini. Meskipun berkali-kali Ita meyakinkan bahwa itu bukan kesalahannya, Umi menepisnya. “Tidak, ini tanggung jawab saya.”

Rumah yang pernah ditinggali Umi Sardjono di jalan Tegalan III, Matraman, Jakarta telah dibongkar dan diratakan oleh pemilik baru, 29 September 2021. TEMPO/Nurdiansah
Ita menemui perempuan aktivis yang terkenal ini di…

Keywords: Sejarah 1965G30SPKIGerwaniUmi Sardjono
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…