Kami Berjuang Untuk Fakta
Edisi: Edisi / Tanggal : 2021-10-16 / Halaman : / Rubrik : WAW / Penulis :
MARIA Ressa sedang menjadi salah satu pembicara webinar tentang masa depan media independen di Asia Tenggara saat mendapat panggilan telepon, Jumat, 8 Oktober lalu. Di ujung telepon, Ketua Komite Nobel Norwegia Berit Reiss-Andersen mengabarkan pemimpin redaksi dan Chief Executive Officer Rappler itu meraih penghargaan Nobel Perdamaian 2021. Ressa berbagi Nobel Perdamaian dengan Dmitry Muratov, pemimpin redaksi surat kabar independen Rusia, Novaya Gazeta.
Beberapa menit kemudian, masih tampak terkejut atas panggilan telepon itu, Ressa kembali bergabung dalam webinar. Ia lantas mengumumkan telah memenangi Nobel Perdamaian, yang langsung disambut tepuk tangan pembicara lain di forum itu, yaitu pemimpin redaksi Malaysiakini Steven Gan dan Direktur Utama PT Tempo Inti Media Tbk Arif Zulkifli. Sejak saat itu permintaan wawancara datang bertubi-tubi menghampiri Ressa. "Setelah mendapat kabar pukul 5 sore, saya meladeni wawancara sampai pukul 2 pagi," ujar Ressa, 58 tahun, dalam wawancara khusus dengan Tempo melalui konferensi video, Kamis, 14 Oktober lalu.
Ressa selama bertahun-tahun berjuang mempertahankan kebebasan pers dan kebebasan berekspresi di Filipina. Ikhtiarnya berliku di tengah kekuasaan Presiden Rodrigo Duterte yang tengah melancarkan perang mematikan terhadap narkotik. Pemberitaan investigatif Rappler kerap membuat rezim Duterte naik pitam. Akibatnya, Ressa dan medianya mesti berjibaku menghadapi sederet kasus hukum. "Semua kasus itu bermotif politik dan saya akan memenanginya di pengadilan," tutur Maria, yang telah menjadi jurnalis selama 35 tahun.
Di sela-sela jadwal wawancaranya yang padat, Maria Ressa menerima wartawan Tempo, Mahardika Satria Hadi, Abdul Manan, dan Dian Yuliastuti. Dengan gaya bicaranya yang lincah dan energetik, jurnalis yang bertahun-tahun menyelidiki terorisme, termasuk ketika satu dasawarsa bertugas di Indonesia, ini menceritakan tentang makin pentingnya peran wartawan saat ini. Ia juga menyinggung peta politik Filipina selepas era kekuasaan Duterte.
Dari percakapan dengan Komite Nobel, apa yang membuat mereka akhirnya memberikan Nobel Perdamaian kepada Anda dan Dmitry Muratov?
Ketua komite, Berit Reiss-Andersen, mengatakan Komite Nobel telah memikirkan kebebasan berekspresi selama beberapa tahun. Mereka juga berpikir tentang jurnalis dan peran jurnalis, terutama di daerah konflik, di zona perang, tempat Anda membutuhkan jurnalisme saksi. Anda membutuhkan jurnalis untuk menjadi saksi karena, ketika mereka tidak ada, lebih banyak kebrutalan yang terjadi. Sebab, orang selalu lebih beradab ketika diawasi. Saya pikir mereka melihat kami sebagai perwakilan (jurnalis) dari berbagai belahan dunia. Sebenarnya ini agak menyedihkan, baik di Rusia maupun Filipina. Dia mengatakan kebebasan berekspresi dan peran yang dimainkan jurnalis, itulah landasan demokrasi. Dan itu benar. Itulah tujuan kami semua menjadi jurnalis.
Anda dan Rappler telah mengalami banyak peristiwa dalam memperjuangkan kebebasan pers lima tahun terakhir, termasuk menghadapi sederet kasus hukum. Mengapa Anda masih terkejut mendapatkan hadiah Nobel?
Saya merasa beruntung karena dunia tidak melupakan dan benar-benar mengikuti keadaan kami. Mereka memberikan kami cukup cahaya sehingga bisa selamat dari pertempuran. Ada seorang reporter di Filipina, namanya Frenchie Mae Cumpio. Dia berusia 22 tahun ketika ditangkap pada Februari 2020. Jadi dia berada di penjara selama lebih dari satu setengah tahun. Sudah 20 jurnalis yang terbunuh di bawah pemerintahan Duterte. Kini menjadi lebih berbahaya…
Keywords: Filipina, Nobel, Rodrigo Duterte, Maria Ressa | Rappler, Nobel Perdamaian, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…