Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Bambang Soesatyo: Buruknya Saya Adalah Buruknya DPR

Edisi: 48/46 / Tanggal : 2018-01-28 / Halaman : 92 / Rubrik : WAW / Penulis : Hussein Abri Dongoran, Angelina Anjar Sawitri, Reza Maulana


JAM melewati angka 14.00 Waktu Indonesia Barat ketika Bambang Soesatyo memasuki Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa pekan lalu. Itu adalah hari pertamanya bekerja sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, jabatan yang tiga kali berpindah tangan dalam periode kerja 2014-2019. Bambang menggantikan Setya Novanto, yang kini meringkuk di tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam kasus korupsi kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP).

Bambang, 55 tahun, datang pada siang hari setelah menemui rekan-rekannya di Partai Golkar membahas revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3). Mereka juga membahas rekomendasi Panitia Angket KPK. Hak penyelidikan yang dinilai berpotensi melemahkan komisi antirasuah itu bergulir sejak tahun lalu dengan Bambang sebagai salah satu pelopornya. "Tidak akan ada usul revisi Undang-Undang KPK," ujarnya.

Penunjukan Bambang memantik reaksi. Pegiat antikorupsi menilai keputusan Golkar itu tak sejalan dengan slogan "Golkar Bersih" yang diusung ketua umumnya, Airlangga Hartarto. Bambang beberapa kali diperiksa KPK dalam kasus korupsi simulator ujian surat izin mengemudi di Korps Lalu Lintas Kepolisian RI pada 2013. KPK juga tengah memanggil Bambang untuk dimintai keterangan dalam kasus korupsi e-KTP.

Wartawan Tempo Hussein Abri Dongoran, Angelina Anjar, dan Reza Maulana menjadi tamu perdana dalam agenda Bambang hari itu. Selama satu jam lebih, di ruang kerjanya yang berukuran 9 x 7 meter, Bambang bercerita seputar target kerja Dewan, Panitia Angket KPK, hingga hubungannya dengan Setya.

Bagaimana Anda terpilih sebagai Ketua DPR?

Ini dorongan dari teman-teman, baik di Komisi Hukum DPR maupun di Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar. Saya hanya ingin hidup ini mengalir saja. Untuk apa jabatan dikejar-kejar. Lagi pula, gue enggak berbakat menjadi pejabat, he-he-he....

Mengapa merasa tak berbakat?

Pertama, pekerjaan yang paling membuat saya sebal adalah berpidato, ha-ha-ha.... Kedua, saya tidak terlalu suka menghadiri acara-acara yang sifatnya seremonial. Latar belakang saya adalah seorang wartawan. Karena itu, saya lebih suka bekerja secara bebas.

Anda tidak mengajukan diri?

Tidak. Saya sudah enjoy di Komisi Hukum. Lagi pula, tidak ada proses lamaran atau semacamnya. Hanya main dorong-dorong.

Bagaimana proses pemilihannya?

Semuanya digantung. Awalnya ada lima nama, jadi tiga nama, lalu tersisa dua nama. Akhirnya, keputusan diambil dalam rapat dewan pimpinan pusat pada Ahad, 14 Januari lalu. Dimulai pukul 20.00 WIB. Rapat DPP memutuskan saya yang menggantikan Pak Setya Novanto sebagai Ketua DPR. Kemudian, keputusan itu diteruskan ke Rapat Dewan Pembina Partai Golkar di Bakrie Tower, Jakarta Selatan,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…