Mahathir Mohamad: Jika Saya Diktator, Rakyat Tak Pilih Saya Lagi
Edisi: 13/47 / Tanggal : 2018-05-27 / Halaman : 148 / Rubrik : WAW / Penulis : Abdul Manan, ,
SETELAH mundur dari jabatan Perdana Menteri Malaysia pada 2003, Mahathir Mohamad ingin pensiun dari karier pemerintahan. Ia hanya ingin membantu memberikan konsultasi kepada pemerintah jika dibutuhkan. Namun keinginan itu menguap seiring dengan banyaknya masalah yang dihadapi negara berpenduduk 31 juta jiwa tersebut.
Mahathir, yang pada 10 Juli nanti berusia 93 tahun, memutuskan turun gunung. Salah satunya karena skandal korupsi di perusahaan negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB). Kritiknya terhadap Perdana Menteri Najib Razak kala itu tak hanya diabaikan. Ia malah pernah diperiksa polisi karena mengecam kasus itu.
Kekecewaan terhadap Najib dan perkembangan di Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) mendorong Mahathir keluar dari UMNO pada 2015, partai yang mengantarnya menjadi perdana menteri pada 1981-2003. Mahathir lantas mendirikan Partai Pribumi Bersatu Malaysia dan bergabung dengan partai-partai oposisi lainnya, yaitu Partai Keadilan Rakyat, Partai Amanah Negara, dan Partai Aksi Demokratis.
Karena tokoh oposisi Anwar Ibrahim masih di penjara, koalisi yang dinamai Pakatan Harapan itu sepakat menjadikan Mahathir sebagai calon perdana menteri jika koalisi menang pemilihan pada 9 Mei 2018. Di luar dugaan, Pakatan memperoleh 113 dari total 222 kursi parlemen, mengalahkan koalisi Barisan Nasional, yang hanya mendapatkan 79 kursi.
Mahathir pun dilantik menjadi Perdana Menteri Malaysia ketujuh pada 10 Mei. Ia berharap menjadi perdana menteri selama dua tahun saja sebelum menyerahkan jabatannya kepada Anwar Ibrahim. "Dalam dua tahun ke depan, saya berharap sudah bisa menyelesaikan sebagian besar masalah yang ada," kata Mahathir dalam wawancara khusus dengan wartawan Tempo Abdul Manan di kantor Yayasan Albukhari di Jalan Perdana, Taman Tasik Perdana, Kuala Lumpur, Jumat pekan lalu.
Mahathir berbicara soal kesehatannya yang tak sepenuhnya baik, realisasi dari manifesto Pakatan Harapan yang menjadi prioritas dalam 100 hari pertama pemerintahannya, perdamaiannya dengan Anwar Ibrahim, serta hubungan Malaysia-Indonesia.
Bagaimana rasanya kembali menjadi perdana menteri setelah tak lagi aktif di pemerintahan selama 15 tahun?
Sebenarnya saya tidak ingin kembali. Saat mengundurkan diri dari jabatan saya pada 2003, saya mengatakan bahwa saya tidak akan kembali. Mungkin hanya untuk konsultasi jika dibutuhkan pemerintah. Tapi, karena banyak hal salah terjadi, saya diminta membantu. Itulah mengapa saya kembali. Saya ingin pensiun, tapi kami memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Saya tidak punya waktu untuk memikirkan diri sendiri.
Istri Anda khawatir terhadap kesehatan Anda karena kerap membaca dokumen pemerintah…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…