Pemikir Islam, Ahmad Syafii Maarif: Jangan Menjual Ayat Dengan Harga Murah

Edisi: 41/47 / Tanggal : 2018-12-09 / Halaman : 92 / Rubrik : WAW / Penulis : Reza Maulana, Iqbal Muhtarom,


MUHAMMADIYAH berada di ambang pusar­an politik praktis. Amien Rais, penasihat pim­pinan pusat organisasi kemasyarakatan Islam itu, mengultimatum pengurus sekarang agar menentukan arah dukungan pada pemilih­an presiden 2019. Lengkap dengan ancaman menjewer Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, jika tidak menjalankan anjurannya.

Haedar menjawab Amien—Ketua Umum PP Muhammadiyah 1995-1998 yang kini tergabung dalam Dewan Pembina Badan Pe­menangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno—dengan menyata­kan Muhammadiyah tetap berpegang pada khitahnya sebagai organisasi nonpartisan. Dengan perkiraan anggota sekitar 30 juta orang dan aset lebih dari Rp 300 triliun, Muhammadiyah memang selalu jadi rebutan.

Ahmad Syafii Maarif, ketua umum periode 1998-2005, mendu­kung sikap Haedar. Muhammadiyah memang harus menjaga ja­rak dengan politik, sesuai dengan hasil Muktamar 1971. Intelek­tual dan ulama 83 tahun itu mengatakan politikus sah-sah saja berebut pengaruh. “Tapi jangan merusak rumah Muhammadi­yah,” ujarnya dalam wawancara khusus dengan wartawan Tem­po, Reza Maulana dan Iqbal Muhtarom, Jumat pekan lalu.

Pria yang lebih dikenal dengan panggilan Buya Syafii—meng­acu pada gelar ulama di Minangkabau, tanah kelahirannya—itu juga berbicara tentang penilaiannya terhadap Presiden Joko Wi­dodo, hubungannya dengan Prabowo Subianto, dan kesannya terhadap Rizieq Syihab. “Saya tidak percaya habib punya kedu­dukan lebih tinggi. Islam mengajarkan egaliter,” katanya dalam wawancara yang berlangsung bakda salat Jumat di Masjid Nogo­tirto, sekitar 50 meter dari rumahnya di Sleman, Daerah Istime­wa Yogyakarta. Masjid itu diresmikan pada 1989 oleh Presiden Soeharto, yang dulu kerap Maarif kritik.

Perlukah organisasi kemasyarakatan Is­lam mengambil sikap politik menjelang
pe­milihan presiden?

Sebagai ormas, lebih baik memasuki ra­nah politik tinggi, yaitu yang
mengutama­kan moral dan kebenaran. Bukan soal me­milih siapa. Urusan memilih serahkan ke­pada hati nurani dan pertimbangan ma­sing-masing.

Bukankah keputusan pemimpin ormas bisa memberikan kepastian bagi anggota yang masih bimbang?

Beri petunjuk umum saja. Mengimbau para anggotanya supaya jangan golput. Meminta anggota memilih calon yang bisa memperbaiki bangsa dan negara ini. Pe­tunjuk yang normatif tapi punya roh.

Ada batasan mana yang boleh dan tidak?

Politik tinggi adalah politik yang meng­utamakan koridor moral. Ada ukuran baik dan buruk yang harus dipertimbangkan. Dengan demikian, politik uang dan
seba­gainya harus dihindarkan, walaupun itu susah karena sudah mewabah sampai ke pemilihan kepala desa. Kalau pimpinan memihak, warga belum tentu setuju. Tapi, demi taat kepada pemimpin, mereka ikuti walaupun merasa tidak enak.

Lantas mengapa Amien Rais mendesak Pimpinan Pusat Muhammadiyah bersikap pada pemilihan presiden 2019?

Biarkan saja. Itu kan Amien. Dia sudah menjadi politikus. Amien itu pendiri dan sekarang jadi penasihat partai tertentu. Jadi itu omongan Amien sebagai politikus.
Bagaimana Anda menanggapi ultimatum tersebut?

Saya bukan politikus. Saya rasa menyu­ruh Muhammadiyah supaya berpihak
bu­kan sesuatu yang benar.

Apakah pernyataan sikap Haedar Nashir sudah tepat?

Memang harus begitu. Sikap Muham­madiyah sejak 1971, di muktamar Makas­sar, adalah menjaga jarak yang sama de­ngan semua partai politik dan semua kegi­atan politik.

Perbedaan pandangan Anda dan Amien membuat warga Muhammadiyah terpecah?

Warga Muhammadiyah makin cerdas. Biarkan mereka memilih, mana yang ma­sih setia kepada…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…