TERTARIK CENDEKIA KEBUN RAYA

Edisi: 08/48 / Tanggal : 2019-04-21 / Halaman : 80 / Rubrik : LIN / Penulis : Dody Hidayat , Anwar Siswadi,


MENDENGAR kata “reorganisasi”, pi­kiran Ibnu Maryanto­ melayang ke masa sekitar 30 tahun si­lam. Kala itu, profesor riset bidang zoolo­gi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tersebut adalah anggota baru tim peneliti yang ditempatkan di Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur. “Ka­rena ada reorganisasi dengan terbentuk­nya Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, saya dan tiga peneliti lain ditarik ke kantor pusat penelitian di Bogor,” kata Ibnu, Senin, 11 Maret lalu.

Ibnu menganggap penarikan peneli­ti dari Kebun Raya Purwodadi membuat jalan penelitian dan konservasi tumbuh­an terhenti. “Di kebun hanya ada teknisi yang melakukan pengamatan. Tapi hasil pengamatan tak diolah atau dianalisis ka­rena itu menjadi keahlian peneliti,” ujar­nya. Dampaknya, Ibnu melanjutkan, ke­bun yang didirikan untuk mengkonser­vasi tumbuhan tropis dataran rendah ke­ring secara ex situ atau pelestarian di luar habitat asli itu menjadi sekadar taman.

Nasib yang mirip dialami Roeman­tyo di Kebun Raya Bogor lantaran atur­an yang terbit pada 1986. Bedanya, pega­wai yang masuk Kebun Raya Bogor pada 1975 itu justru ditinggalkan peneliti yang ditarik ke Lembaga Biologi Nasional. “Ba­nyak orang asing di Kebun Raya Bogor itu rata-rata peneliti, kok, malah peneli­ti Indonesia-nya tak ada,” tutur pensiun­an pegawai LIPI yang kini membantu di­nas kehutanan di beberapa provinsi un­tuk membangun taman keanekaragam­an hayati itu.

Menurut Roemantyo, Kebun Raya Bo­gor tanpa penelitian adalah nol. “Jadinya yang dilakukan hanya mengelola tempat itu jadi rapi, bersih, dan nyaman. Tidak ada yang mengamati pertumbuhan tana­man atau meneliti potensi tumbuhan,” ucap pengurus koleksi polong-polongan di Kebun Raya Bogor itu. Peneliti di Pusat Penelitian Biologi, kata dia, sibuk dengan penugasan sehingga perhatian pada ke­bun terkesampingkan.

Melihat kondisi yang dianggapnya ti­dak wajar itu, Roemantyo berniat meng­ajukan diri menjadi peneliti. Ternyata pe­mimpin kebun, yang baru menjabat, juga berpikir bahwa perlu ada peneliti yang mengamati kebun. “Permohonan saya di­kabulkan. Waktu itu Pak Sampurno Ka­darsan kepalanya. Jadilah saya peneliti pertama di Kebun Raya Bogor,” ujarnya, bangga.

Angin perubahan juga bertiup di ke­bun raya lain, termasuk di Purwodadi. Ibnu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Indorayon Ditangani oleh Labat Anderson
1994-05-14

Berkali-kali lolos dari tuntutan lsm dan protes massa, inti indorayon kini terjerat perintah audit lingkungan…

B
Bah di Silaut dan Tanahjawa
1994-05-14

Dua sungai meluap karena timbunan ranting dan gelondongan kayu. pejabat menuding penduduk dan penduduk menyalahkan…

D
Daftar Dosa Tahun 1993
1994-04-16

Skephi membuat daftar hutan dan lingkungan hidup yang mengalami pencemaran berat di indonesia. mulai dari…