Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak Dan Gas Bumi Dwi Soetjipto: Saat Ini Kami Hanya Bisa Bertahan.

Edisi: 26/48 / Tanggal : 2019-08-25 / Halaman : 168 / Rubrik : WAW / Penulis : Retno Sulistyowati, Sapto Yunus, Nur Alfiyah


PRODUKSI minyak dan gas bumi Indonesia terus menurun, sementara konsumsi terus meningkat. Hingga akhir semester pertama tahun ini, realisasi produksi siap jual (lifting) migas mencapai 1,81 juta barel setara minyak per hari. Realisasi tersebut mencapai 86 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2019.

Untuk minyak, misalnya, produksi pada 2017 hanya 838 ribu barel per hari. Padahal konsumsinya mencapai 1,69 juta barel. Sedangkan pada 2018, dengan produksi hanya 808 ribu barel per hari, tingkat konsumsi mencapai 1,78 juta barel per hari. Selama semester I 2019 tercatat minyak siap jual anjlok 3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi 745 ribu barel per hari.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengakui target lifting migas turun antara lain karena mayoritas sumur di blok-blok yang selama ini menjadi andalan Indonesia sudah berumur di atas 25 tahun. Menurut dia, tak gampang mengeluarkan minyak dari sumur tua. “Tapi turun tiga persen dibanding 2018 itu enggak jelek. Sebab, kalau enggak ada usaha sama sekali, bisa turun sampai 20 persen,” kata Dwi dalam wawancara khusus dengan Tempo di kantor SKK Migas, Menara Mulia, Jakarta, Selasa, 30 Juli lalu.

Kepada wartawan Tempo, Retno Sulistyowati, Sapto Yunus, dan Nur Alfiyah, Dwi, yang dilantik menjadi Kepala SKK Migas pada Desember 2018, menjelaskan soal defisit produksi dan lifting migas, keputusan memenangkan konsorsium untuk mengelola Blok Corridor, juga kesepakatan terbaru antara pemerintah dan Inpex Corporation di Blok Masela. Wakil Kepala SKK Migas saat itu, Sukandar, dan Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffe Arizon Suardin mendampingi Dwi dan ikut menjawab sejumlah pertanyaan Tempo. Sukandar, yang memasuki masa pensiun, digantikan Fatar Yani Abdurrahman pada Senin, 12 Agustus lalu.

Mengapa realisasi produksi siap jual migas tahun ini masih turun?

Salah satunya karena sekitar 64 persen sumur berumur di atas 25 tahun. Susah mengeluarkan minyak dari sumur tua. Misalnya di Blok Rokan yang dikelola Chevron Pacific Indonesia, 98 persen itu yang keluar air. Lalu ada kelebihan suplai di daerah Sumatera Selatan karena serapan dari pasarnya, Singapura, agak kurang bagus. Di Blok Kangean, karena proyek semester pertama terlambat, produksi rata-rata rendah. Adapun di Blok Husky Madura Strait ada fasilitas yang tertunda.

Ada penyebab lain?

Di Pertamina Hulu Kalimantan Timur ada kendala market. Kami terpaksa memotong produksi dua bulan lebih karena Pertamina mengembalikan sebelas kargo…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…