Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead: 90 Persen Lahan Sengaja Dibakar

Edisi: 31/48 / Tanggal : 2019-09-29 / Halaman : 48 / Rubrik : WAW / Penulis : Stefanus Pramono, Reza Maulana, Aisha Shaidra.


SETELAH tiga tahun peristiwa kebakaran hutan dan lahan mereda, asap kembali mencekik sebagian Sumatera dan Kalimantan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan asap pekat karena nyaris tidak ada hujan dan masifnya lahan gambut yang terbakar.

Tudingan langsung mengarah ke Badan Restorasi Gambut. Lembaga non-struktural ini dibentuk Presiden Joko Widodo setelah kebakaran pada 2015--bencana ekologis terbesar sejak 1997 yang menghanguskan 2,67 juta hektare dan menyebabkan kerugian Rp 221 triliun. Tugas lembaga ini membasahi kembali 2,5 juta hektare lahan gambut yang puluhan tahun kering di tujuh provinsi di Sumatera, Kalimantan, dan Papua demi mencegah terulangnya bencana asap. Dengan masa kerja hingga akhir 2020, mereka telah merestorasi 679 ribu hektare lahan.

Kerja tiga tahun Badan Restorasi Gambut seperti terhapus data. BNPB menyatakan kebakaran gambut di Sumatera dan Kalimantan mencapai 89 ribu dari total 328 ribu hektare bidang hangus per akhir bulan lalu atau sekitar 27 persen. Jumlah itu tidak bergeser banyak dibanding bencana asap 2015, yaitu 29 persen. Sejumlah lembaga lingkungan menilai Badan Restorasi Gambut gagal. Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead menolak tudingan tersebut. “Restorasi gambut memberikan kontribusi meminimalkan api, tapi gambut yang belum terestorasi terbakar lebih hebat,” kata Nazir, 52 tahun, dalam wawancara khusus dengan Tempo, Kamis, 19 September lalu.

Di sela agendanya yang menjadi sangat padat selama bencana asap, Nazir menerima wartawan Tempo, Stefanus Pramono, Reza Maulana, dan Aisha Shaidra, di sebuah kedai kopi di kawasan Kuningan, Jakarta. Selama lebih dari dua jam, mantan Direktur Konservasi WWF Indonesia itu membeberkan kompleksitas memperbaiki ekosistem gambut, kegeramannya terhadap pelaku pembakaran hutan, dan impiannya menggerakkan ekonomi di lahan gambut. “Kalau kegiatan ekonomi berjalan, orang tidak mau lagi diajak membakar lahan,” ujar sarjana kehutanan dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, ini.

Sejumlah lembaga lingkungan menilai bencana asap 2019 tidak lepas dari kegagalan restorasi gambut. Tanggapan Anda?

Saya tidak setuju. Saya tekankan, data menunjukkan titik api di daerah yang telah kami restorasi sedikit. Jadi restorasi gambut memberikan kontribusi meminimalkan api, tapi gambut yang belum terestorasi terbakar lebih hebat.

Kenyataannya, persentase lahan gambut yang terbakar tidak berbeda jauh dari kebakaran 2015.

Ya, harus…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…