Peluang Bisnis Dalam Krisis

Edisi: 8 Janu / Tanggal : 2022-01-08 / Halaman : / Rubrik : LIN / Penulis :


DUA pekan setelah Konferensi Perubahan Iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia, selesai, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan mengumumkan biaya yang dibutuhkan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 2030 sebesar Rp 3.997 triliun. Dana sebesar ini diperlukan untuk menurunkan emisi karbon Indonesia untuk mencegah krisis iklim sebesar 29 persen dengan usaha sendiri.
Angka ini merupakan proposal Indonesia ke COP26 pada 31 Oktober-13 November 2021. Tanpa usaha menurunkan emisi, produksi gas rumah kaca Indonesia pada 2030 sebesar 2,87 miliar ton setara karbon dioksida (CO2). Artinya, penurunan 29 persen sebanyak 834 juta ton. 
Selain target 29 persen, Indonesia memasang target penurunan emisi dengan melibatkan bantuan pihak internasional sebesar 41 persen. Menurut Kepala BKF Febrio Kacaribu, jika nilai tengah dua target tersebut sebesar 35 persen, ongkos penurunan tiap persen emisi gas rumah kaca Indonesia membutuhkan biaya Rp 108 triliun atau Rp 3,76 juta untuk menurunkan tiap ton emisi karbon. 

Wujud reaktor biogas berkonstruksi fix dome berbahan betonmilik seorang warga Dusun Bendrong, Desa Argosari, Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, 31 Desember 2021/Tempo/Abdi Purnomo
Dari perhitungan BKF, sektor energi akan membutuhkan biaya paling besar dibanding empat sektor lain, yakni Rp 3.500 triliun. Dalam dokumen kontribusi nasional yang ditetapkan (NDC), Indonesia memfokuskan penurunan emisi dari lima sektor. Selain energi, ada pula kehutanan dan penggunaan lahan, pertanian, proses produksi dan industri, dan limbah.
Dalam dokumen NDC, emisi sektor energi memang diprediksi paling banyak jika tak ada mitigasi. Jumlahnya sebanyak 1,669 miliar ton setara CO2. Dengan skenario 29 persen, emisi sektor energi akan diturunkan sebanyak 11 persen dan 15,5 persen untuk skenario 41 persen.
Sektor kedua yang akan memproduksi emisi paling banyak adalah kehutanan dan penggunaan lahan. Tanpa mitigasi, sektor ini diprediksi menghasilkan emisi 714 juta ton setara CO2. Pemerintah akan menurunkannya sebanyak 17,2 persen dalam skenario 29 persen, dan 24,5 persen dalam skenario 41 persen. Menurut perhitungan BKF, untuk mencapai target itu sektor ini membutuhkan biaya Rp 93,28 triliun.
Produksi sektor limbah dan sampah menempati nomor tiga dalam hal produksi emisi dengan penurunan emisi paling rendah, hanya 0,38 persen dan 1 persen. Namun, dalam skenario BKF, penanganan limbah membutuhkan biaya lebih besar dibanding kehutanan, yakni Rp 180 triliun. “Karena menyangkut pengelolaan limbah…

Keywords: investasiEkonomi HijauEnergi BersihEmisi KarbonKrisis IklimNDC
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Indorayon Ditangani oleh Labat Anderson
1994-05-14

Berkali-kali lolos dari tuntutan lsm dan protes massa, inti indorayon kini terjerat perintah audit lingkungan…

B
Bah di Silaut dan Tanahjawa
1994-05-14

Dua sungai meluap karena timbunan ranting dan gelondongan kayu. pejabat menuding penduduk dan penduduk menyalahkan…

D
Daftar Dosa Tahun 1993
1994-04-16

Skephi membuat daftar hutan dan lingkungan hidup yang mengalami pencemaran berat di indonesia. mulai dari…