Papermoon Puppet: Pada Mulanya Adalah Rupa

Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-01-15 / Halaman : / Rubrik : LAPSUS / Penulis :


BONEKA nenek itu berjalan tertatih menyusuri ruang besar penuh kain batik yang sedang dijemur. Ia berhenti sejenak, menyentuh, meraba selembar kain, memperhatikan motif-motif yang terukir, lalu berjalan lagi menuju ruang lain tempat ratusan kain batik terlipat rapi di dalam rak. Mengambil beberapa potong kain, ia lalu duduk di sebuah teras berlapis keramik hijau sambil kembali mengusap kain-kain itu dengan tangan rapuhnya.
Pertunjukan teater boneka yang mengambil latar sebuah rumah batik itu berkisah tentang sepasang nenek dan cucu perempuannya bernama Mbah Malam dan Canting. Dengan format penayangan digital, kamera memberi aksen pada motif-motif hewan di kain batik; seekor naga, burung, ayam, ikan, kambing. Seakan-akan cara itu memberi tahu kita ihwal tokoh-tokoh lain yang akan hadir dalam kisah ini. Pertunjukan ini kuat. Semua gerak-gerik dan impresi boneka yang ditampilkan kamera hanyalah gerak-gerik kecil yang bersahaja. Namun ia terasa amat subtil dan punya bobot rasa.
Lihatlah adegan Canting. Ia duduk lesu di ranjang di dalam kamarnya. Meraba perut dan dadanya, lalu terbatuk-batuk, perlahan-lahan merebahkan tubuhnya. Di tempat lain, sang nenek duduk memperhatikan motif-motif batik dalam sebuah buku lawas, menuangkan teh ke cangkir, mencampurkan sedikit gula, mengaduknya, lalu bersiap mereguknya. Tatkala mendengar suara batuk cucunya, ia meletakkan kembali cangkir tehnya, bergegas menuju kamar sang cucu. Sepasang mata Canting yang hitam dan menonjol keluar mengesankan bahwa ia memang sedang sakit parah. Entah dengan bahan apa mata ini dibuat. Dengan memandangnya saja, kita bisa merasa belas.
Nenek itu menempelkan sepotong kain pada kening sang cucu untuk menurunkan suhu tubuhnya, lalu menyelimutinya dengan sehelai kain batik. Sampai di sini, kita hanya berpikir bahwa selembar kain batik itu hanyalah selembar kain seperti pada umumnya. Namun, saat gambar-gambar hewan yang biasa terdapat pada kain batik itu muncul di latar, di belakang kepala Canting, kita mulai memikirkan hubungan antara Canting yang sedang demam, kain batik, dan gambar-gambar hewan—adegan ini menyajikan lapisan makna, yang menjadi daya tarik sendiri bagi para penonton “dewasa”. 


Keywords: Pentas SeniSeniman TeaterPapermoon PuppetTokoh Seni PilihanSeni
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…