Lupus Dan Roy
Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-03-12 / Halaman : / Rubrik : OBI / Penulis :
DI pasar sebuah kota kecil di Nusa Tenggara Barat, sekitar 1987, ransel kuletakkan di tanah. Di depanku berjejer koran dan majalah, termasuk majalah HAI. Serial Lupus karangan Hilman Hariwijaya masih merajai. Di dalam hati kubulatkan tekad, serial berikutnya adalah karyaku yang sedang kutulis dalam perjalanan. Itu mimpi yang terus kurawat.
Setahun kemudian, April 1988, aku bertemu dengan Hilman di redaksi HAI, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat. Aku mengambil honorarium episode pertama Balada Si Roy yang berjudul "Joe". Mimpiku menulis serial untuk bersanding dengan Lupus di majalah HAI terwujud.
Aku datangi dia yang saat itu ditemani Boim Lebon. Aku jabat erat tangan mereka. Hilman memujiku, “Balada Si Roy bagus.”
Kesan pertamaku, Hilman pendiam. Tidak seperti tokoh Lupus ciptaannya yang ekstrover. Aku harus lebih aktif jika sedang berkomunikasi dengan Hilman. Sedangkan Boim—koleganya—sangat komunikatif dan tentu lucu.
Pertemuanku dengan Hilman sangat membekas. Apalagi aku sedang mencari tempat kos. Boim menyarankan aku ngekos tidak jauh dari rumah Hilman dan Gusur Adhikarya—koleganya yang lain—di Palmerah Utara.
Kata Boim, "Kalo lu enggak punya duit di akhir bulan, kita bisa nebeng makan di rumah Hilman."
Terbukti, setelah ngekos di Palmerah Utara, jika ingin makan enak, aku bersama Boim bertamu ke rumah Hilman. Mami Hilman sangat baik menghidangkan menu makan siang atau malam. Tapi, bagiku, yang paling berkesan dari setiap kali bertamu ke rumah Hilman adalah koleksi buku dan kasetnya yang mengagumkan. Dia fan berat grup musik Queen dan Duran Duran. Itu sebabnya rambut Lupus serupa dengan rambut John Taylor— personel Duran Duran.
•••
SAAT mendapat kabar Hilman wafat, Rabu, 9 Maret 2022, pukul 08.02, dari Gunawan Wibisono—seniorku di Gramedia Majalah—aku sedang berada di feri Cakalang, berlayar dari Sape, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, menuju Labuan…
Keywords: Film, Penulis Buku, Budaya Pop, Hilman Hariwijaya, Cerpen Lupus, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…