Sang Induk Burung Mengucapkan Selamat Tinggal

Edisi: Edisi / Tanggal : 2022-04-09 / Halaman : / Rubrik : OBI / Penulis :


“TANPA Richard Oh, kami bakal menjadi anak-anak tersesat, termasuk saya.”
Demikian sutradara Joko Anwar berucap dengan nada berkabung tentang Richard Oh yang wafat pada Kamis malam, 7 April lalu, di Eka Hospital BSD, Tangerang, Banten. Kepergiannya yang mengejutkan itu langsung disusul hujan ucapan dukacita dari berbagai kalangan, terutama komunitas film dan sastra. Tapi mereka yang menganggapnya “Abang” atau “Koh” yang paling merasa kehilangan sosok mentor.
Lahir di Tebingtinggi, Sumatera Utara, pada 1959, Richard menempuh pendidikan di University of Wisconsin, Madison, Amerika Serikat, jurusan sastra Inggris dan penulisan kreatif. Pathfinders of Love (1999), novelnya yang berlatar belakang kerusuhan 1998 di Indonesia, adalah perwujudan impiannya menjadi penulis. Tapi impian Richard berikutnya, mendirikan toko buku, justru membawa sosok ini dikenal komunitas sastra dan film. Pada tahun yang sama, Richard mendirikan toko buku QB (singkatan Quality Buyers) di Jalan Sunda, Jakarta, yang menyediakan berbagai jenis buku impor, dari sastra hingga seni rupa, politik, dan arsitektur.
Cabang QB beranak-pinak dalam waktu cukup singkat di Pondok Indah, Kemang, dan Plaza Semanggi, Jakarta. Tentu QB menjadi populer bukan hanya karena sangat langkanya toko buku impor, tapi juga lantaran Richard menggunakan konsep toko buku di Amerika Serikat dan Eropa: toko buku yang menjadi “rumah” bagi para pencinta buku dengan sofa, kopi, dan kudapan. Yang membuat toko ini makin menarik adalah sesekali Richard menyelenggarakan diskusi sastra atau film.
Richard dan tim mengkurasi buku yang menarik yang membuat pelanggan selalu kembali. QB tak hanya menghadirkan karya klasik dari William Shakespeare sampai karya periode Thomas Hardy dan Jane Austen. Richard mengaku ingin “pembaca Indonesia juga mengenal karya sastrawan lain di luar negara Barat”.
Tak puas dengan hanya mendirikan toko buku, dia bersama Takeshi Ichiki menyelenggarakan Khatulistiwa Literary Award…

Keywords: FilmPenulis BukuBukuRichard OhKusala Sastra Khatulistiwa
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23

Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…

P
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23

Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…

M
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15

Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…